Washington (ANTARA News/AFP) - Menlu AS Hillary Clinton Selasa berjanji untuk meneruskan rencana pertahanan rudal dan mengatakan rencana tersebut tidak berkaitan dengan perjanjian perlucutan senjata nuklir baru, setelah Rusia mengancam untuk mundur dari perjanjian itu.
"Perjanjian START bukan mengenai pertahanan rudal. Itu mengenai pengurangan jumlah arsenal kami masing-masing -- senjata ofensif strategis kami," kata Hillary pada wartawan.
AS, menurut dia, akan bekerja dengan mereka untuk berupaya menemukan dasar bersama sekitar pertahanan rudal, yang mana AS berkomitmen untuk meneruskannya.
Menlu Rusia Sergei Lavrov sebelumnya mengancam untuk meninggalkan START, atau Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis, jika sistem anti-rudal AS secara signifikan memeokkan kemampuan nuklir strategis Rusia.
Presiden Barack Obama, disertai oleh Hillary, akan menandatangani perjanjian START baru dengan Presiden Rusia Dmitry Medvedev Kamis di Praha setelah berbulan-bulan perundingan terperinci.
Tapi Rusia tetap terganggu dengan rencana AS untuk menempatkan sistem pertahanan rudal di Eropa timur, yang Washington katakan tujuannya untuk mempertahankan diri dari ancaman serangan seperti Iran. Moskow menilai rencana itu sebagai serangan ke lingkungan pengaruhnya.
Hillary, sementara itu mengatakan ia tidak mengetahui ucapan Lavrov. Menurut dia, kekhawatiran Rusia terhadap pertahanan rudal "tidak mengejutkan" bagi AS.
"Kami telah berusaha secara terus-menerus untuk menjelaskan pada mereka, tujuan pertahanan rudal itu, peran yang kami percaya dapat dan akan dimainkan untuk mencegah proliferasi dan terorisme nuklir," tegasnya.
"Kami secara konsisten telah menawari Rusia kesempatan untuk bekerjasama dengan kami." (S008/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010