"Sebagai sikap penolakan kami terhadap kebijakan kenaikan TDL maka hotel-hotel kelas melati siap untuk mogok operasional," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Yogyakarta Istijab, Selasa.
Ia mengatakan, kenaikan TDL tersebut akan dirasakan berat bagi pelaku usaha perhotelan, khususnya hotel melati dan hotel-hotel kecil lainnya karena biaya operasional akan semakin membengkak.
"Hotel melati dan hotel kecil lebih dari 20 persen biaya operasional yang digunakan adalah untuk membayar listrik, sehingga jika TDL naik maka biaya tersebut akan semakin memberatkan," katanya.
Menurut dia, selama ini pelaku usaha jasa perhotelan telah berusaha menghemat biaya operasional terutama penggunaan listrik dan itu masih dirasakan sangat berat.
"Kami sudah berupaya menghemat terutama pemakaian listrik, namun untuk usaha perhotelan ini tidaklah mudah karenanya menyangkut kenyamanan dan pelayanan kepada tamu yang menginap," katanya.
Istijab mengatakan, faktor kenyamanan tamu ini merupakan prioritas pelayanan jasa perhotelan sehingga kebutuhan para tamu akan semaksimal mungkin diupayakan.
"Sangat tidak mungkin jika kami menolak tamu yang minta AC, air panas maupun lampu yang terang serta peralatan elektronik lainnya seperti televisi, internet maupun musik," katanya.
Ia mengatakan, imbauan PLN untuk menghemat listrik mulai pukul 17.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB juga sulit untuk direalisasikan karena pada jam-jam tersebut merupakan jam puncak di hotel.
"Sebelumnya juga pernah ada uji coba untuk hotel berbintang harus dapat menekan penggunaan listrik hingga 40 persen dari daya yang terpasang dan jika sampai lebih maka akan kena denda atau listrik diputus PLN," katanya.
Menurut dia, memang pelaku usaha hotel dapat menggantikan pasokan listrik dari PLN dengan generator set (genset) namun ini akan menambah biaya operasional lainnya.
"Dari sisi biaya bahan bakar minyak (BBM) untuk genset memang hampir sama dengan biaya rekening listrik, namun penggunaan genset ini juga butuh perawatan mesin secara berkala sehingga biayanya tinggi," katanya.
(ANT/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010