New York (ANTARA News) - Masa depan Israel dalam bahaya jika perdamaian Timur Tengah tak bisa dicapai, kata Raja Jordania Abdullah memperingatkan dalam wawancara dengan The Wall Street Journal, dalam edisi online Senin malam.

"Saya pikir masa depan jangka lama Israel adalah dalam bahaya jika kita tak berhasil memecahkan masalah kita," kata raja, yang bertolak ke Washington, Sabtu, untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Keamanan Nuklir yang diprakarsai Presiden AS Barack Obama, kepada surat kabar itu.

Ditanya apakah pendapatnya tersebut akan disampaikan agar proses perdamaian Timur Tengah yang terhenti itu bergerak kembali, raja mengatakan: "Saya pikir terlalu memboroskan banyak waktu mengenai sesuatu yang kita semua lakukan, dan yang sangat mencemaskan adalah sebab terjadinya ketegangan yang mengerikan di kawasan itu.

"Berkaitan dengan perbatasan Israel-Lebanon, jika anda berbicara dengan beberapa orang lebanon saat ini, mereka merasa akan terjadi perang yang kedua.

"Tampaknya seperti ada satu upaya yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk mempromosikan intifada yang ketiga, yang akan lebih mendatangkan malapetaka.

"Jerusalem seperti yang anda pahami adalah sesuatu yang mudah terbakar yang bisa terjadi kapan saja, dan kemudian ada kekhawatiran penolakan mengenai tindakan militer antara Israel dan Iran," kata Raja Abdullah.

"Dengan semua latar belakang ini, keadaan status quo tak bisa diterima; apa yang akan terjadi adalah bahwa kita akan terus berputar di situ-situ saja sampai konflik meletus, dan yang menderita adalah rakyat karena terjadinya perang."

Raja Abdullah mengatakan, Amerika Serikat memiliki prioritas lain selama berbulan-bulan, terutama berkaitan masalah ekonomi.

"Tantangan ekonomi juga tidak membantu dalam memprioritaskan proses perdamaian," katanya menambahkan.

"Mengenai masalah itu, saya tahu dengan sangat baik bahwa Obama dan pemerintahannya sangat berkomitmen dengan pemecahan dua negara, dan berupaya menggerakkan proses perdamaian. Namun mereka juga memiliki tujuan lain yang hendak dicapainya."

Masalahnya adalah apa yang terjadi dalam beberapa bulan mendatang, kata pemimpin Jordania itu kepada Journal.

Tugas Jordania dan negara-negara terkemuka lainnya adalah memelihara pengertian bersama dan harapan sampai Amerika bisa membawa sepenuhnya Israel dan Palestina bertindak, dan bergerak memajukan proses perdamaian.

Namun demikian, kejadian-kejadian di kawasan selama tahun lalu telah `membuat saya sangat skeptis,` dan tindakan-tindakan `di lapangan telah membuat saya sangat khawatir mengenai bagaimana keterbukaan kebijakan Israel,` katanya.

"Penyelesaian sengketa Israel-Palestina tidak berarti bahwa kejahatan ini akan menguap, namun bisa dipastikan, hal itu akan meninggalkan sepotong besar tantangan yang kami miliki di kawasan ini," kata Raja Abdullah.

AFP/H-AK/B002

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010