tidak ingin terjebak dalam status negara berpenghasilan menengah

Jakarta (ANTARA) - Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng menyatakan ekonomi dan keuangan Islam memiliki peran besar untuk mencapai tujuan menjadi Indonesia Maju pada 2045.

“Kami percaya baik digitalisasi maupun ekonomi dan keuangan Islam akan memainkan peran besar untuk mencapai tujuan menjadi Indonesia Maju pada 2045,” katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis.

Sugeng mengatakan saat ini Indonesia sedang berada dalam level negara dengan berpenghasilan menengah ke atas. Pendapatan nasional bruto per kapita Indonesia sebesar 4.050 dolar AS.

Menurutnya, masih terdapat perjalanan panjang dan menantang untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap.

“Kami tidak ingin terjebak dalam status negara berpenghasilan menengah atau kami menyebutnya middle income trap,” tegasnya.

Oleh sebab itu, ia menuturkan banyaknya jumlah penduduk muslim berpotensi mendorong pencapaian Indonesia Maju 2045 melalui supply dan demand yang kuat di bidang ekonomi dan keuangan Islam.

Ia menyebutkan Indonesia memiliki 28 ribu pesantren dengan lebih dari 2 juta santri, 14 bank umum syariah, 20 unit usaha syariah (UUS), 163 BPR syariah, dan 4.500 lembaga keuangan mikro syariah.

Terlebih lagi, hampir 60 persen penduduk Indonesia adalah milenial yang sangat akrab dengan teknologi digital dan memiliki banyak ide inovatif menjadi tambahan pendorong untuk mencapai tujuan.

“Dari segi aksesibilitas sekitar 133 persen penduduk Indonesia memiliki telepon genggam. Artinya satu orang dapat memiliki lebih dari satu ponsel,” ujarnya.

Baca juga: BI: Anggota OKI harus gesit integrasikan ekonomi islam dan digital
Baca juga: Menkeu pastikan dana PEN dukung aktivitas pesantren saat pandemi
Baca juga: Menkeu: Ekonomi Islam berperan dalam pemulihan imbas COVID-19

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020