Sekretaris Perusahaan Antam, Kunto Hendrapawoko mengatakan, kinerja positif itu berkat adaptasi yang dilakukan selama pandemi.
“Antam terus melakukan inovasi dalam bidang produksi dan penjualan dengan fokus pada peningkatan nilai tambah produk,” kata Kunto. “Perusahaan juga mengoptimalkan tingkat produksi dan penjualan di tengan adaptasi kebiasaan baru, serta mengelola biaya dengan tepat dan efisien,” tambahnya.
Pada periode sembilan bulan pertama 2020, Antam mencatat laba usaha Rp1,44 triliun, naik 16 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2019. Antam juga mencatatkan EBITDA sebesar 2,14 triliun.
Kunto memaparkan, performa solid Antam didukung oleh stabilitas operasi. “Kami maksimalkan kinerja operasi dan tingkatkan penjualan sehingga berujung pada biaya tunai operasional yang optimal,” paparnya.
Dalam keterbukaan informasi, komoditas emas masih menjadi penyumbang terbesar penjualan Antam senilai Rp12,98 triliun atau 72 persen dari total penjualan sebesar Rp18,04 triliun. Perusahaan yang memiliki tambang emas di Pongkor dan Cibaliung ini mencatatkan volume penjualan emas sebesar 14.882 kg dengan volume produksi sebesar 1.280 kg.
Menurut Kunto, adaptasi pasar menjadi kunci meningkatnya pertumbuhan bisnis emas khususnya logam mulia. Di tahun 2020, Antam fokus di pasar domestik dan menerapkan transaksi online untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Dengan fokus penjualan di dalam negeri, pada kuartal ketiga 2020 ini Antam membukukan laba usaha sebesar Rp558,51 untuk segmen operasi logam mulia, tumbuh 186 persen dibandingkan periode kuartal dua lalu sebesar Rp195,49 miliar,” ungkap Kunto.
Di segmen komoditas nikel, Antam mencatat penjualan feronikel sebesar 19.507 ton nikel dalam feronikel (TNi) dengan volume produksi sebesar 19.133 TNI. Penjualan feronikel merupakan kontributor terbesar kedua dari total penjualan Antam selama periode sembilan bulan pertama tahun 2020.
“Hinga September 2020, cash cost feronikel Antam tercatat USD3,34 per pon nikel, lebih efisien 15 persen dibandingkan biaya tunai rata-rata feronikel perusahaan tahun 2019 sebesar USD3,95 pon,” jelasnya.
Untuk komoditas bijih nikel, Kunto menyebut perusahaannya tahun ini akan fokus pada pasar domestik. Tercatat pada hingga September 2020, Antam memproduksi 2,86 juta wet metric ton (wmt) bijih nikel.
“Untuk komoditas bijih nikel saat ini digunakan untuk bahan baku pabrik feronikel Antam dan penjualan kepada pelanggan domestik,” tutur Kunto.
Antam juga optimis penetapan Harga Patokan Mineral dalam negeri oleh kementerian ESDM, akan memberikan tingkat harga jual mineral dalam negeri yang lebih kompetitif.
“Ini membuka peluang untuk meningkatkan jangkauan pemasaran bijih nikel di dalam negeri seiring outlook positif penyerapan bijih nikel domestik,” ujarnya.
Sementara itu pada komoditas bauksit, Antam mencatatkan volume produksi sebesar 1,30 juta wmt untuk mendukung produksi Pabrik Chemical Grade Alumina Tayan dan penjualan kepada pihak ketiga.
Selain adaptasi pasar dan penyesuaian operasi, di tengah Pandemi Antam juga melaksanakan protokol kesehatan dengan pengawasan yang ketat untuk menjaga keberlangsungan operasional perusahaan.
“Kinerja positif sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2020 tidak terlepas dari penerapan protokol kesehatan yang tepat dan konsisten di area kerja tambang, pabrik pengolahan dan perkantoran guna menjaga kesehatan pekerja dalam melakukan aktivitas pekerjaan bebas Covid-19,” tutup Kunto.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020