New York (ANTARA News/Reuters) - Harga minyak naik lebih dari dua persen pada Senin ke posisi tertinggi sejak Oktober 2008, setelah manufaktur AS, penjualan rumah dan data pekerjaan mendorong optimisme tentang pemulihan di ekonomi terbesar dunia (AS).

Sektor jasa AS tumbuh pada Maret pada laju tercepat dalam hampir empat tahun, sementara penjualan "pending home" (rumah yang pengurusannya belum selesai) juga meningkat, menurut survei industri ISM dan laporan National Association of Realtors pada Senin.

Itu semua menambah optimisme menyusul data Departemen Tenaga Kerja yang dirilis pada Jumat menunjukkan daftar penerima gaji (payrolls) di AS naik 162.000 pada bulan lalu, tingkat tercepat dalam tiga tahun.

Minyak mentah AS jenis light sweet untuk pengiriman Mei naik 1,75 dolar menjadi menetap di 86,62 dolar per barel. Harga telah meningkat sebesar 8,3 persen sejak 26 Maret, lima hari berturut-turut naik, terpanjang sejak Desember.

Minyak mentah Brent North Sea naik 1,87 dolar menjadi mantap pada 85,88 dolar per barel.

"Ekonomi optimis telah menguasai pasar," kata Gene McGillian, analis pada Tradition Energy di Connecticut.

"Kita berada di wilayah yang belum dipetakan. Saya pikir kita bisa menjaga tren lebih tinggi."

Pasar AS dibuka kembali setelah tiga hari akhir pekan yang termasuk libur Jumat Agung. Pasar London tetap tutup pada Senin untuk Paskah.

Pemulihan ekonomi menjadi pertanda baik bagi kebutuhan bahan bakar yang lebih tinggi di Amerika Serikat, konsumen terbesar minyak. Pemberian tanda permintaan telah membantu meningkatkan stok minyak mentah AS, yang saat ini juga di atas rata-rata lima tahun.


Analis perkirakan pasokan lebih besar

Analis yang dimintai pendapatnya oleh Reuters meramalkan persediaan mingguan dari American Petroleum Institute, yang akan keluar pada Selasa, dan data dari Administrasi Informasi Energi (EIA)pada Rabu akan menunjukkan 10 minggu berturut-turut persediaan naik.

Minyak, gas alam dan minyak pemanas semua meningkat tajam di pasar komoditas. Ekuitas AS bergerak lebih tinggi, dipimpin saham perusahaan-perusahaan energi, seperti indeks Standard & Poor`s 500 naik ke tertinggi 18-bulan.

Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang asing, sering kali merupakan indikasi bahwa dana investor mengalir jauh dari aset "safe haven" dan ke dalam aset-aset yang dianggap lebih berisiko, seperti sebagai komoditi atau ekuitas.

Anggota OPEC, termasuk eksportir minyak mentah terbesar di dunia Arab Saudi, mengatakan pekan lalu di Forum Energi Internasional di Cancun, Meksiko, bahwa mereka lebih menyukai harga minyak dalam kisaran 70 sampai 80 dolar per barel.

Tetapi OPEC, yang memompa lebih dari sepertiga minyak dunia, tidak memiliki rencana untuk merevisi target produksinya dan lebih banyak produksi minyak mentahnya sekalipun dengan harga minyak hampir 85 dolar, seseorang yang akrab dengan kebijakan minyak Saudi mengatakan kepada Reuters minggu lalu.

Harga minyak mentah juga naik setelah laporan bahwa supertanker Korea Selatan dibajak oleh perompak Somalia di Afrika Timur selama akhir pekan. Kapal tanker, yang dicharter oleh pengilang minyak AS Valero Corp, membawa sekitar 2 juta barel minyak mentah Irak -- sekitar 2,4 persen pasokan harian dunia -- menuju Pesisir Teluk AS.


Resistensi kecil

Analis teknikal, yang mengikuti pergerakan harga pada grafik sejarah, telah menjadi lebih "bullish" dan memberikan kesan pasar minyak bisa bergerak lebih tinggi dalam beberapa minggu ke depan.

"Kami mengambil harga minyak mentah dalam jangka pendek adalah bahwa kita mungkin akan mendorong lebih tinggi dari sini," kata senior komoditas analis Edward Meir dari broker MF Global.

"Secara teknis, ada sangat sedikit resistensi ditampilkan pada grafik." (A026/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010