Jembatan alternatif ini, kondisinya memprihatinkan, apalagi bila ada warga yang melintas, dengan sebagian besar lantai yang terbuat dari bambu banyak patah dan sudah ambruk ke dasar sungai.
Sebagian besar warga masih menggunakan jembatan ini, meskipun sudah roboh dan mengalami kerusakan cukup parah setelah terjadi banjir.
Bukan hanya sudah banyak batang bambu dan papan terlepas, bahkan kawat pengikat pada jembatan gantung itu juga banyak putus.
Warga terpaksa harus bergantungan pada tali seling yang terletak di sisi kiri dan kanan jembatan, untuk menghindari lantai jembatan yang sudah patah dan sebagian hanyut.
"Warga terpaksa menggunakan jembatan tersebut, karena merupakan jalan pintas menuju ke areal perkebunan dan persawahan di daerah Bukit Kayu Manis dan perkampungan Talang Ayik Salak," kata Afan, warga setempat.
Dia menyatakan, jembatan ini merupakan alternatif bagi warga yang memiliki ladang atau kebun di daerah tersebut.
Jembatan ini akan mempersingkat jarak menuju ke Dusun Jembat Akar dan pusat kota.
"Kondisi jembatan sudah banyak yang putus dan rusak, tapi karena menjadi sarana utama warga setempat dilakukan perbaikan kembali seadanya. Kawat yang putus disambung lagi hanya untuk menyangga saat akan menyeberang, mengingat lantai jembatan sudah menyentuh permukaan sungai dan hanya tinggal menunggu waktu saja hanyut," ujar dia pula.
Meskipun merupakan jembatan alternatif, kata dia lagi, jembatan itu merupakan sarana utama bagi para petani untuk mengangkut hasil bumi menuju pusat kota. Jembatan itu juga menjadi penghubung beberapa kawasan areal persawahan.
Kepala Dinas PU Kota Pagaralam, Edy Thamrin, membenarkan jika kondisi jembatan gantung tersebut sudah mengalami kerusakan cukup parah dan sebagian kawat sudah putus.
"Kami akan melakukan pengecekan untuk melakukan perbaikan terhadap jembatan tersebut, kalau memungkinkan pada APBD tahun 2010 ini ada anggaran yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan," ujar dia. (U005*B014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010