Mereka dianjurkan mengirim pesan e-mail "telik sandi" kepada pejabat sekolah saat jam pelajaran berlangsung.
Gerakan ini merupakan bagian dari program pemerintah Inggris yaitu "Unjuk gigi si kecil". Gerakan ini dituding memicu "krisis wewenang orang dewasa."
Seperti dilaporkan Daily Mail, Serikat sekolah mengemukakan obsesi pemerintah yang mengikutsertakan anak-anak kecil pada segala aspek sekolah, telah menyulitkan otoritas para guru.
Menurut program itu, para murid punya hak berpendapat dalam semua hal, mulai dari isi pelajaran, kebijakan, hingga soal mempekerjakan atau memecat staf.
Para guru bertemu dalam konferensi serikat di akhir pekan dan memberi puluhan contoh mengenai penyalahgunaan praktik tersebut.
Penyalahgunaan itu menurut para guru antara lain : para murid mewawancarai calon guru pria dan wanita dan mereka akhirnya memilih guru wanita dengan alasan dia lebih cantik.
Contoh lain, seorang guru yang diwawancarai seorang dewan murid yakin dia dipekerjakan sebab anak itu menyukai warna sepatu merahnya.
Seorang guru yang mengajukan promosi di sekolah menengah pertama di Surrey, disuruh seorang murid dalam wawancara untuk menyanyi lagu Michael Jackson yang berjudul "Bad". Dia menolak permintaan itu dan tidak mendapat pekerjaan.
Akademisi terkemuka mengatakan praktik itu mengikis wewenang guru.
"Krisis besarnya adalah terjadi krisis wewenang oarng dewasa. Dimana-mana, tanda terjelas dari penolakan wewenang orang dewasa adalah jika yang didengar hanya anak yang sedang belajar tahu, murid, suara bayi, pokoknya apapun asal bukan orang dewasa," kata Dennis Hayes, seorang penulis dan profesor bidang pendidikan.
"Apa yang akan anda katakan bila anda 14 tahun dan bertanya mengenai bahasa Latin? (pastinya) : Ya Tuhan, kenapa aku harus belajar Latin, itu kan sangat membosankan? Itu bukan kritik terhadap kurikulum. Itu merupakan keluhan seorang anak 14 tahun yang tidak mau kerja keras."
Ribuan sekolah meningkatkan telah hak murid berdasarkan panduan pemerintah yang menuntut agar sekolah mendengarkan "suara" murid.
Proyek iPhone diungkapkan dalam konferensi Association of Teachers and Lecturers dengan pejabat John Rivers. Pembicara mengatakan bahwa para guru terlalu takut diberi nilai buruk jika mereka berada di sekolah Kent.
Rivers mengatakan para staf merasa mereka diawasi dan khawatir mereka tidak punya hak untuk memberikan tanggapan. Mereka tahu kira-kira 20 murid sudah dilengkapi iPhone untuk "pekan jaminan kualitas", tetapi para guru tidak tahu siapa saja anak-anak yang sudah dilengkapi iPhone.
Rivers mengaku bukan masalah jika guru bertanya kepada para murid tentang cara menyampaikan pelajaran."Hanya saja, saya yakin harus ada panduan yang jelas mengenai cara melakukan penilaian dan pelaporannya."
Serikat murid lainnya, NASUWT membuat berkas detail yang memuat pengakuan 200 guru tentang pengikutsertaan murid yang tidak tepat.
Para pembela program itu mengklaim cara tersebut memperkuat ikatan antara murid dengan sekolah dan memperbaiki prilaku serta komitmen terhadap pendidikan.
Sekolah dianjurkan untuk melibatkan anak-anak dalam keputusan penting seperti seragam, kebijakan sekolah mengenai prilaku, acara makan dan masalah kesetaraan.
(ENY/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010