"Setiap puncak memiliki karakter khusus. Kondisi di satu puncak belum tentu terjadi di puncak-puncak yang lain," katanya saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin.
Menurut dia, sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, puncak Ndugu-Ndugu atau lebih dikenal dengan puncak Carstenz di Papua akan menjadi sasaran pertama pendakian.
Pendakian akan dimulai 8-26 April. Tim telah memutuskan, puncak tertinggi di Oceania itu harus mampu ditaklukkan tepat pada hari Bumi yaitu 22 April mendatang.
"Sebetulnya tidak butuh waktu lama untuk mendaki puncak Ndugu-Ndugu. Namun kami memanfaatkan untuk latihan menjelang pendakian puncak yang lain," katanya menambahkan.
Di puncak Ndugu-Ndugu (4884 m), tim akan melakukan persiapan salah satunya adalah berjalan diatas es serta tidur diatas es. Selama ini, kata dia, latihan tidur diatas es belum dilakukan. Selain itu juga akan dilakukan beberapa teori pendakian yang selama ini sulit dilakukan.
Ia menambahkan, untuk beberapa puncak yang akan didaki yaitu Kilimanjaro (5892 m). Elbrus (5642 m) memiliki karakter yang sama dengan Ndugu-Ndugu. Pihaknya optimistis mampu menakhlukkan.
"Semakin tinggi puncak semakin tinggi resikonya. Selain dingin, angin juga menjadi kendala saat pendakian. Yang paling akstrim jelas yang paling tinggi yaitu puncak Aconcagua (6962 m) dan Sagarmatha/Everest (8850 m)," katanya menerangkan.
Ditanya keiikutsertaan atlet perempuan pihaknya tidak mempermasalahkan. Pada pendakian tidak ada perlakuan khusus karena telah dibekali dengan teknik dan kemampuan yang sama.
Keenam atlet pendaki yang diharapkan mampu mengharumkan nama bangsa dengan menaklukkan puncak tertinggi dunia di tujuh benua adalah Ardeshir Yaftebbi (26), Iwan Irawan (38), Martin Rimbawan (28), Fajri Al Lutfi (28), Nurhuda (28) dan Gina Afriani (22).
"Kami akan menempatkan Gina di depan. Selain terus terpantau, kami juga terkait satu dengan yang lain. Yang jelas semuanya telah siap," katanya menegaskan.
Sementara itu, Ketua Umum Tim "7 Summits Expedition" Endriartono Sutarto mengatakan, pendakian puncak tertinggi di tujuh benua menghabiskan anggaran sebesar Rp 12 miliar.
"Dana itu bukan dari pemerintah melainkan dari donatur-donatur yang menginginkan program ini berjalan dengan baik," katanya di sela pelapasan atlet di Kantor Menpora.
Menurut dia, dana yang telah dianggarkan itu digunakan sejak persiapan pendakian yaitu menyiapkan atlet, pelaksanaan pendakian oleh tim yang telah dipersiapkan serta digunakan untuk akomodasi selama pendakian belangsung.(B016/F005)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010