Mataram (ANTARA News) - Sabut kelapa yang sebelumnya menjadi limbah kini makin laris di Kabupaten Lombok Utara (KLU), Nusa Tenggara Barat (NTB), karena banyak dibeli untuk bahan bakar industri genteng dan batu bata serta diolah menjadi bahan baku jok mobil.
Pedagang sabut kelapa, Mastum Mas`ud di Dusun Telok Dalem, Desa Medana, Kecamatan Tanjung, KLU (sekitar 30 kilometer utara Mataram), Senin mengatakan, harga sabut kelapa sakarang ini mencapai Rp350.000 hingga Rp400.000 per truk, naik dibandingkan sebelumnya sekitar Rp250.000 per truk
"Kendati harganya makin mahal di tingkat petani, namun sabut kelapa tetap menjadi rebutan karena banyak dicari untuk bahan bakar genteng dan batu bata serta dibeli oleh pabrik pengolahan sabut yang berlokasi di Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung, KLU," katanya.
Ia mengatakan, untuk mendapatkan sabut kelapa ia terpaksa membayar terlebih dahulu agar tidak diambil oleh pembeli lain. Sabut kelapa tersebut laris setelah harga kayu bakar makin mahal dan sulit dicari.
"Sejak beberapa bulan ini saya mengalami kesulitan mendapatkan sabut kelapa yang sebelumnya mudah diperoleh dan harganya relatif murah, bahkan menjadi limbah karena tidak ada yang membeli," katanya.
Sebagian sabut kelapa di KLU dibeli oleh pengelola pabrik sabut kelapa yang menghasilkan serat untuk bahan baku jok mobil serta keperluan lainnya yang bisa diekspor ke berbagai negara, ini yang menimbulkan persaingan untuk mendapatkan sabut kelapa tersebut.
Dia mengatakan, sehubungan dengan makin mahalnya harga sabut kelapa tersebut para petani memperoleh keuntungan sampingan. Ini cukup membantu disaat kian murahnya harga kelapa butiran akhir-akhir ini.
"Sehubungan dengan kian mahalnya harga sabut kelapa tersebut cukup membantu para petani yang mengalami kesulitan hidup akibat murahnya harga kelapa yang sekarang ini harganya hanya Rp1.000 hingga Rp1.200 per butir," kata Mastum.(M025/A024)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010