Cirebon (ANTARA News) - Menyebut nama bengkel, orang akan terkesan akan bengkel sepeda motor atau bengkel mobil, atau yang berkaitan dengan mesin, sedangkan dibidang pertanian mungkin agak jarang bahkan tidak pernah mendengarnya.

Bengkel Tani Nusantara Jaya, merupakan salah satu unit kegiatan dari Koperasi serba usaha Nusantra Jaya, di desa Endir, Kecamatan Astana Japura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, sengaja didirikan yang berfungsi sebagai penyuluh pertanian.

"Bengkel Tani didedikasikan sebagai layanan khusus konsultasi pertanian kepada petani binaan Koperasi," kata Manenjer Koperasi Nusantara Jaya Ir. Mudasir awal April 2010 pada HUT pertama koperasi itu di Endir.

Operasioan bengkel tani didukung oleh tenaga-tenaga profisonal sarjana pertanian yang memiliki kualifiasi dan kompetensi di bidangnya.

Karena itu, mereka sudah didaftarkan sebagai tenaga penyuluh swasta di unit pelaksana teknis (UPT) Badan Penyuluh Pertanian wilayah Pangenan dan Astanajapura, Kabupaten Cirebon.

Fungsi layanan bengkel tani adalah memberi pendampingan dan bimbingan teknis/teknologi kepada petani pada sistem usaha tani yang berbiaya rendah, efektif, efesien dan menguntungkan sejak pengolahan tanah hingga panen.

Layanan diberikan secara gratis dengan model konsultasi dan kunjungan langsung ke lahan pertanian, sehingga setiap rekomendasi perlakuan yang akan diberikan pada tanaman benar-benar tepat sasaran, katanya.

Paling tidak ada lima orang yang berkualifikasi sarjana perntaian mengawaki bengkel tani tersebut dan telah bekecimpung selama setahun.

Hasilnya, luar biasa, karena disamping membibing dan mengarahkan petani juga Koperasi Serba Usaha Nusantara Jaya, juga menyediadan berbagai kebutuhan petani seperti pupuk, obat-obatan dan bibit.

Bahkan, koperasai itu, menyediakan kredit pertanian melalui UPT Suwamitra bekerjasama dengan Bank Bukopin dalam upaya memenuhi kebutuhan akan dana petani.

Salah seorang tenaga penyuluh tersebut, Ir, Anwar, mengatakan melalui bengkel tani telah memberi pelayanan konsultasi dan bimbingan selama setahun kurang lebih 400 petani dengan luas garapan sekitar 250 hektare yang tersebar di beberapa sentra pertanian di Kabupaten Cirebon, Kuningan, Majalengka dan bahkan sampai Brebes (Jawa Tengah).

Operasional bengkel tani yang menjangkau beberapa kabupaten di Jabar hingga Jateng tersebut terutama kepada patani bawang merah, katanya.

Dikatakannya, merujuk pada tanggapan yang positif dari petani terhadap layanan bengkel tani tersebut, maka Koperasi bertekad memperluas wilayah binaan dengan target 500 hektare tahun 2010 dengan jumlah petani 1.000 orang, dan 1.000 hektare pada tahun 2011 dengan target jumlah petani plasma 2.000 orang.

Guna memenuhi tenaga pembibing, Koperasi telah merancang program kerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan IPB Bogor.

Kerjasama itu, akan dikemas dalam kegitan praktek kerja lapangan (PKL) mahasiswa dengan menempatkan peserta PKL sebagai tenaga pendampingan dan pembimbing di lapangan.

Tantangan

Menjadi penyuluh pertanian, apalagi penyuluh swasta memiliki tantangan tersendiri, mengingat para petani biasanya perlu percontohan untuk ditiru.

Oleh karena itu, lima penyuluh pada bengkel tani tersebut menyediakan waktu dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB bagi petani setiap hari untuk konsultasi.

"Selama setahun beroperasi, tenaga bengkel tani sudah biasa berdebat, berdiskusi dengan petani misalnya ada tanaman yang terganggu pertumbuhannya apakah disebabkan oleh penyakit atau hama," kata Ir.Mudasir menambahkan.

Seiring dengan berjalanannya waktu, maka petani lambat laun menyadari bahwa mereka perlu pendampingan setelah apa yang diinformasikan penyeluh benar, katanya.

Ketua Koperasi Nusantara Jaya, Sunarto Atmo Taryono, mengemukakan bahwa pernah suatu ketika petani membeli obat-obatan ke koperasi itu dan hasil pertaniannnya justru anjlok.

Petani tersebut, rupaya hanya membeli tanpa diketahui dahulu penyebab terganggunya tanaman yang diusahkan, akibatnya petani tersebut merugi.

Koperasi melaui bengkel taninya, menyarankan pendampingan kepada petani tersebut, baik penggunaan pupuk, obat-obatan. Pada musim tanam berikutnya, barulah petani tersebut mengakui dampak dari pendampingan tersebut, dengan hasil memuaskan, katanya.

Sunarto menyebutkan pula, selain melakukan pendampingan, pihnaknya telah menyalurkan dana kredit pembiyaan usaha tani melalui USP Swamitra selama tahun 2009 sebesar Rp2,2 miliar.

"Mengingat keluhan pertama petani, adalah pembiayaan, maka kami bertekad salin membantu teknologi pertanian, juga mencarikan permodalan dengan bekerja sama dengan pihak Bank Bukopin," katanya.

Oleh karena mendapat tanggapan positif dari petani, pihaknya menargetkan penyeluran pembiayaan pertanian melalui USP Swamitra Nusantara Jaya tahun 2010 sebesar Rp5 miliar dan tahun 2011 menjadi Rp10 miliar, katanya.

Selain itu, Koperasi teresbut bekerja sama dengan sejumlah produsen pupuk dan obat-obatan pertanian serta sarana produksi peranian lainnya guna memenuhi permintaan petani.

Kepala Balai Penyuluhan Pertanian wilayah Pangenan dan Astanajapura Toto Sunarto Sumardi, menyambut baik adanya pendampingan dan kunsultasi yang dilakuan oleh bangkel tani Koperasi Nusantara Jaya, yang telah membimbing petani hingga penyediaan sarana produksi hingga pemasaran.

(T.YA/P003)

Oleh Oleh Yasad Ali
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010