Pagaralam, Sumsel (ANTARA News) - Sekitar 1.000 hektare areal hutan lindung di kaki Gunung Dempo, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan dalam kondisi kritis dan mengalami kerusakan cukup parah.
Perluasan alihfungsi hutan lindung itu menjadi areal perkebunan di kaki Gunung Dempo hingga Senin, terlihat sudah sampai pada ketinggian sekitar 1.900 meter dari permukaan laut (dpl).
Sebagian lagi terjadi penggundulan hutan ini, di daerah perbatasan Kecamatan Jarai, Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat dan di wilayah Provinsi Bengkulu.
"Secara keseluruhan kerusakan hutan lindung di wilayah Kota Pagaralam ini telah mencapai 7.950 hektare dari 28.740 hektare luas hutan lindung keseluruhan, sekitar 1.000 hektare di antaranya berada di kaki Gunung Dempo dengan kondisi kritis," kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pagaralam, Hasan Barin.
Dia mengakui, kondisi hutan lindung yang kerusakannya paling parah sekitar 5.000 hektare yang tersebar di beberapa daerah atau kecamatan, seperti Dempo Utara, Dempo Tengah, Dempo Selatan, dan Pagaralam Selatan.
"Kerusakan hutan lindung di kota ini cukup banyak faktor penyebabnya, seperti perambahan, alihfungsi menjadi kebun, illegal logging, dan pergeseran batas hutan lindung dengan perkebunan rakyat," kata dia.
Menurut Hasan, terdapat penambahan kerusakan hutan lindung yang berada di daerah Bukit Dingin 3.750 hektare dan Bukit Batok sekitar 2.400 hektare dan 1.300 hektare di daerah Dusun Tebat Benawah dan Dusun Tebad Lereh, Kelurahan Penjalang, Kecamatan Dempo Tengah.
"Sebetulnya ada beberapa daerah sudah dilakukan penanaman kembali, seperti 700 hektare hutan lindung Dusun Kerinjing, 350 hektare Kelurahan Atungbungsu, dan 750
hektare tersebar di beberapa kecamatan lainnya. Namun akibat belum adanya kejelasan batas hutan lindung dan hutan rakyat juga menjadi kendalam dalam upaya
pengendalian kerusakan," kata dia.
Ia menyatakan, kalau dilihat dari kondisi hutan yang terjadi kerusakan itu, bukan hanya karena perambahan, tetapi juga akibat perluasan areal perkebunan dan ladang untuk
bertanam kopi, kakao, lada, sayuran atau kebun teh.
"Secara keseluruhan luas Kota Pagaralam mencapai 63.366 hektare, sekitar 15 persen atau 9.504,9 hektare merupakan wilayah permukiman dan hampir 30 persen areal perkebunan atau 19.009,8 hektare, dengan hutan rakyat sekitar 200 hektare," kata dia lagi.
Data hingga bulan Januari 2010, lanjut dia, di Pagaralam terdapat hutan lindung seluas sekitar 28.740 hektare, hutan budidaya sekitar 24.336 hektare yang berupa permukiman penduduk, persawahan, perkantoran, pasar, lahan sayuran, perkebunan dan infrastruktur masyarakat.
"Kami akan melakukan pengukuran dan pembuatan tapal batas hutan lindung dengan hutan rakyat, perkebunan kopi, sayuran dan daerah permukiman yang berada di
kawasan terpencil seperti talang," demikian Hasan Barin. (U005*B014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010