Jakarta (ANTARA) - Indonesia International Institute for Life Science (i3L) memproyeksikan adanya pertumbuhan terhadap industri farmasi di masa pandemi.
Menurut Leonny Yulita Hartiadi, Ketua Program Studi Sarjana Farmasi i3L, adanya keterlibatan pemerintah dengan memberikan insentif pajak dan subsidi dapat memicu pertumbuhan industri, termasuk industri farmasi untuk menghadapi kesulitan di masa pandemi.
"Adanya relaksasi pajak dan subsidi bagi pelaku usaha telah memberikan angin segar bagi industri farmasi," kata Leonny dalam keterangan resminya, Rabu.
Menanggapi mengenai bahan baku produksi dan kontribusi bahan baku obat-obatan, Leonny mengatakan bahwa pemerintah telah mendukung kemandirian bahan baku obat yang diinstruksikan melalui Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 6 Tahun 2016 mengenai Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 16 Tahun 2020 yang mengatur mengenai Ketentuan dan Tata cara Penghitungan Nilai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) Produk Farmasi untuk mendorong peningkatan daya saing dan kemandirian industri Farmasi, terutama produksi bahan baku obat.
Baca juga: Menristek: Vaksin COVID-19 harus terjamin aman
“Indonesia juga telah menunjukkan kemandirian dalam pengadaan vaksin COVID-19 dimana pemerintah menunjuk PT Biofarma untuk pengadaan vaksin virus corona. PT. Biofarma saat ini sedang mempersiapkan fasilitas produksi vaksin dengan kapasitas produksi maksimal sebanyak 250 juta dosis," ujar Leonny.
"Lembaga Biomolekuler Eijkman saat ini juga tengah mengembangkan vaksin dengan teknologi rekombinan yang diberi nama vaksin Merah Putih,” sambung leonny.
Leonny mengatakan bahwa industri farmasi juga memiliki kontribusi positif untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia saat ini. Di saat keadaan ekonomi yang melambat akibat pandemi, sektor farmasi, obat tradisional dan industri kimia mengalami pertumbuhan sebesar 5,59 persen pada kuartal pertama tahun 2020 berdasarkan data Kemenperin.
Leonny mengungkapkan industri farmasi sudah dapat beradaptasi dengan situasi pandemi. Kesulitan yang dihadapi ketika awal pandemi seperti penurunan permintaan obat-obatan dari fasilitas kesehatan dan kesulitan mendapat suplai bahan baku yang diimpor dari luar sudah tertangani.
"Untuk suplai bahan baku obat, industri farmasi perlu mencari sumber alternatif bahan baku dari negeri lain. Industri farmasi juga perlu mengubah strategi pemasaran dengan mengoptimalisasi penggunaan teknologi informasi atau digitalisasi, terutama untuk produk obat bebas dan obat bebas terbatas," jelas Leonny.
Baca juga: Luhut sebut 70 persen obat kini bisa diproduksi di dalam negeri
Baca juga: Target ganda vaksinasi corona: Kekebalan kelompok dan pemulihan
Baca juga: Ada vaksin, Erick ajak generasi muda tetap lakukan protokol COVID
Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020