Teheran (ANTARA News/Reuters) - Seorang cucu mantan Presiden Iran AkbarHashemi Rafsanjani mungkin akan menghadapi tuduhan pelanggaran keamanansetelah ia ditangkap karena mengambil bagian dalam protes oposisi tahunlalu, demikian diberitakan, Minggu.
Hassan Lahouti, yangdiperkirakan berusia 20-an tahun, ditangkap pada 21 Maret oleh polisidi bandara Teheran setelah ia tiba dari luar negeri.
Menurut media Iran, Lahouti dibebaskan kemudian dengan jaminan setelahia mengungkapkan penyesalan karena mengambil bagian dalam protes-protesyang meletus setelah pemilihan presiden yang dipersoalkan pada Juni2009.
Minggu, kantor berita ISNA mengutip Pengadilan Revolusioner Teheranyang mengatakan, laporan penyelidikan mengenai Lahouti akan diserahkanke pengadilan yang mencakup tuduhan melakukan pelanggaran keamanan.
Rafsanjani, yang memimpin Dewan Ahli, masih menjadi tokoh yangberpengaruh dalam pemerintahan Islam Iran dan saingan Presiden MahmoudAhmadinejad, yang pemilihannya kembali telah menjebloskan Iran ke dalampergolakan tahun lalu.
Rafsanjani dikecam oleh para pendukung Ahmadinejad karena dianggaptidak memberikan dukungan penuh kepada pemimpin tertinggi Ayatollah AliKhamenei dalam menumpas gerakan protes.
Mantan presiden Iran itu menyatakan mendukung Khamenei pada pertemuan Dewan Ahli pada Februari.
Iran dilanda pergolakan besar setelah pemilihan umum tahun lalu.
Ratusan reformis ditangkap dan diadili dalam penumpasan terhadapoposisi pro-reformasi setelah pemilihan umum presiden Juni lalu yangdipersoalkan, yang disusul dengan kerusuhan terbesar dalam kurun waktu31 tahun.
Dua calon presiden yang kalah, Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi,mantan ketua parlemen yang berhaluan reformis, bersikeras bahwapemilihan Juni itu dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejadke tampuk kekuasaan.
Meski ada larangan protes dan penindakan tegas dilakukan oleh aparatkeamanan, para pendukung oposisi berulang kali memanfaatkan acara-acaraumum untuk turun ke jalan.
Delapan orang tewas dan ratusan pendukung oposisi ditangkap dalamdemonstrasi paling akhir pada 27 Desember, ketika ribuan pendukungoposisi melakukan pawai semacam itu.
Protes besar berkobar sejak pemilihan presiden Juni dan sejumlah besar orang ditangkap.
Sejumlah reformis senior, aktivis, wartawan dan yang lain yangditangkap setelah pemilu Juni itu dikabarkan masih berada di dalampenjara dan beberapa telah disidangkan atas tuduhan mengobarkankerusuhan di jalan. Oposisi mengecam persidangan itu.
Termasuk yang diadili adalah pegawai-pegawai kedutaan besar Inggris danPerancis serta seorang wanita Perancis yang menjadi asisten dosenuniversitas.
Sejauh ini sudah sejumlah orang yang dijatuhi hukuman mati dan puluhan orang divonis hukuman penjara hingga 15 tahun.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam protes pascapemilu itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad danmengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan banyak pihak.
Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun kejalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Ahmadinejad sebagaipresiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat,khususnya AS dan Inggris.
Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat ataskerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islamdan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiahitu, produsen minyak terbesar keempat dunia.
Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturandengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya denganslogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut programnuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63persen suara dalam pemilihan tersebut.
Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat,khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudahmenghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkankerusuhan di Iran.
Sejumlah pejabat Iran mengatakan bahwa 36 orang tewas selama kerusuhanitu, namun sumber-sumber oposisi menyebutkan jumlah kematian 72.Delapan orang lagi tewas selama protes anti-pemerintah pada 27Desember, menurut data resmi. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010