Srinagar, India (ANTARA News/AFP) - Pasukan India hari Minggu menembak mati dua orang yang diduga gerilyawan setelah mereka menyusup ke Kashmir India dari sisi perbatasan Pakistan, kata seorang jurubicara militer.
Kedua orang itu tewas di Garis Pengawasan (LOC) -- perbatasan de fakto yang memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan -- di sektor utara Keran, kata jurubicara J.S. Brar.
Itu merupakan usaha penyusupan kedua di daerah perbukitan itu dalam waktu sepekan.
Militer India menyatakan bulan lalu bahwa sekitar 400 militan telah berencana memasuki Kashmir India dari daerah perbatasan Pakistan.
Pihak berwenang India juga memperingatkan kemungkinan peningkatan kekerasan di Kashmir pada musim panas ini.
Lebih dari 30 orang, sebagian besar gerilyawan, tewas di Kashmir dalam waktu kurang dari sepuluh hari ini.
Militer India menyatakan, mereka meningkatkan kewaspadaan di sepanjang Garis Pengawasan untuk menggagalkan penyusupan ketika ratusan gerilyawan menunggu di daerah Kashmir Pakistan untuk memasuki wilayah India.
Pada akhir pekan lalu, pasukan menembak mati enam militan ketika mereka berusaha memasuki India, usaha penyusupan ketiga yang digagalkan dalam waktu sepekan, kata militer.
Kashmir India dilanda peningkatan kekerasan setelah masa relatif tenang beberapa bulan.
Pada Januari, pasukan komando India menyerbu sebuah hotel di Srinagar, ibukota musim panas Kashmir India, dan membunuh dua militan yang bersembunyi di ruang tamu selama hampir 24 jam setelah melempar sejumlah granat di pasar utama di kota itu. Seorang warga sipil dan seorang polisi juga tewas dalam insiden tersebut, yang berbuntut pada bentrokan-bentrokan.
Kekerasan di Kashmir turun setelah India dan Pakistan meluncurkan proses perdamaian yang bergerak lambat untuk menyelesaikan masa depan wilayah tersebut.
Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.
Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.
Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.
Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.
New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.
New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.
India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.
Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.
India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010