Wati, orang tua korban penderita "penyakit aneh" di Mamuju, Minggu, mengatakan, awalnya putra bungsunya hanya menderita penyakit bisul pada bagian kepala, karena keterbatasan biaya terpaksa hanya melakukan pengobatan secara tradisional.
"Anak kami hanya menderita penyakit bisul pada bagian kepala, setelah dilakukan pengobatan tradisional tersebut, akhirnya beberapa hari kemudian bisul itu pun kemudian pecah, dan dua hari kemudian luka pada bagian kepala tersebut mulai mengering," kata dia
Namun hari selanjutnya, kata dia, luka bisul yang semula sudah dianggap sembuh ternyata belum sembuh total, sehingga menimbulkan ratusan belatung mulai berkembang biak di kepalanya (Edi.red).
"Kondisi korban makin kritis karena ratusan belatung menggorogoti bagian kepala, bahkan belatung-belatung itu kian hari makin bertambah jumlahnya," ungkapnya.
Ia mengungkapkan, dirinya hanya bisa pasrah melihat kondisi putra bungsunya yang mengalami beban derita yang parah, karena alasan keterbatasan biaya untuk melakukan pengobatan secara medis di RSUD Mamuju.
"Kami ini salah satu masyarakat miskin yang datang mengadu nasib di kota Mamuju, suami saya hanyalah sopir angkot yang mendapatkan penghasilan pas-pasan," kata dia.
Wati mengatakan, meski keterbatasan biaya, pihak keluarga telah memutuskan untuk melakukan pengobatan secara medis di RSUD Mamuju.
"Setelah kami berembuk bersama kerabat keluarga dan tetangga lainnya, kami akhirnya untuk mermutuskan mengantar anak kami ke RSUD untuk mendapatkan pengobatan secara medism besok, Senin," ungkapnya.
Kejadian yang menimpa Edi, korban penderita "penyakit aneh" ini nyaris menyerupai dengan kasus sebelumnya yakni, Ummi penderita penyakit yang juga sempat ditumbuhi ratusan belatung yang berkembang biak di kepala Ummi Darmianti beberapa bulan yang lalu. (ACO/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010