Sambil dia tanya-tanya, taunya dia tendanglah bawaan saya. Dak..!

Jakarta (ANTARA) - "From Zero to Hero" dapat dikatakan sebagai ungkapan tepat untuk menggambarkan seorang Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman yang kini Panglima Komando Daerah Militer Jayakarta (Pangdam Jaya).

Tak ada yang menyangka seorang yang pada masa mudanya berjualan penganan pasar di lingkungan Kodam III/Siliwangi, Jawa Barat, untuk menyokong ekonomi keluarga kini menjadi pria yang memimpin Kodam Jaya/Jayakarta dengan belasan ribu personel untuk melindungi keamanan warga Ibu Kota dan sekitarnya.

Ada cerita menarik, pernah suatu ketika penjaga di Kodam III itu berganti orang. Penjaga baru itu tidak tahu kalau Dudung sering ke kantin untuk menaruh dagangan.

Tiba-tiba Dudung dipanggil, lalu diinterogasi kenapa asal masuk. "Sambil dia tanya-tanya, taunya dia tendanglah bawaan saya. Dak..!," kata Dudung.

Jatuhlah bawaan Dudung. "Saat itu saya bawa klepon. Menggelindinglah 55 buah klepon yang saya bawa itu," katanya bercerita mengenang titik balik hidupnya yang saat itu ingin menjadi anggota TNI.

"Saya pikir kok begitu jadi TNI semena-mena sama rakyat. Dari situ lah saya terpacu untuk jadi perwira," kata Dudung

Lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Dudung dihadapkan pada dua pilihan antara melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi untuk menjadi insinyur atau mengejar cita-cita menjadi perwira lewat Akademi Militer (Akmil).

Baca juga: Kodam Jaya atasi pendemo UU Cipta Kerja secara persuasif
Baca juga: Kodam Jaya optimalkan satgas di pasar untuk dukung pemulihan ekonomi

Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Polisi Nana Sudjana (kanan) bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (tengah) dan Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman memberikan keterangan kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Senin (26/10/2020). ANTARA/HO-Polda Metro Jaya

Bagi-Bagi Beras
Tekadnya bulat bahwa menjadi perwira adalah jalan hidupnya. Dudung pun memutuskan untuk menempuh pendidikan di Akademi Militer.

“Saya memang senang sama tentara, sebetulnya pada saat muda itu karena kan perannya di pemikiran saya TNI itu menjaga ketahanan bangsa dan negara,” ujar Dudung.

Dudung pun akhirnya lulus dari Akademi Militer pada 1988 dari kecabangan infanteri. Tekadnya menjadi perwira yang selalu melindungi dan melayani rakyat pun semakin matang.

Pria asal Bandung itu pun mengenang penugasannya yang paling berkesan pada saat menjadi Danrindam di Aceh. Kala itu kondisi masyarakat Aceh sangatlah sulit karena masih adanya konflik antara GAM dengan aparat di perbatasan.

Di masa-masa sulit itu justru Dudung berinisiatif meminta anggota pasukannya untuk berbagi sedikit kepunyaannya kepada masyarakat di wilayah itu.

“Saya bilang ke anak buah saya, kalian dapat beras 18 kilogram. Saya potong satu kilogram. Karena kamu bersisa, daripada sisanya dipotong untuk membeli rokok," katanya.

"Beras itu kamu kumpulkan, kemudian setiap kamu patroli kamu ketemu masyarakat yang membutuhkan, beras itu kamu kasihkan. Karena meski beda paham, mereka tetap rakyat kita.” ujar Dudung.

Baca juga: Pangdam Jaya: Kesehatan anggota harus dijaga selama pandemi
Baca juga: Kodam Jaya siapkan perahu fiberglass untuk tanggulangi banjir Jakarta

Kabareskrim Polri Komjen Pol Listyo Sigit, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana dan Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman saat menyisir lokasi di kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Selasa (20/10/2020). (ANTARA/Livia Kristianti)
Ditangisi
Cerita lainnya yang berkesan dari tanah Serambi Mekah yang dialami oleh Dudung adalah caranya mengajarkan anak buah tetap bertanggung jawab meski bertugas di daerah yang memiliki tingkat konflik tinggi.

Saat itu anggotanya selalu dibekali dua setel kain kafan. "Itu saya bekali seperti itu sehingga ketika ternyata terjadi kontak dengan GAM dan yang bersangkutan meninggal dunia itu bisa diperlakukan dengan baik," katanya.

Dia minta anggotanya agar hadir mulai dari pemberian jenazah ke keluarga hingga pemakaman selesai. "Saya bilang ke mereka dengan cara pendekatan itu Insya Allah kita bisa berhasil, dan terbukti tidak ada korban,” ujar Dudung.

Ia pun berkisah berkat kekompakan dan pendekatan humanis yang dilakukan oleh batalyon yang dipimpinnya, pada saat berpisah karena masa bertugas sudah selesai warga mengiringi kepergian prajurit TNI dengan derai air mata.

“Itu pengalaman yang luar biasa bagi saya, karena hingga kita pergi itu kita ditangisi oleh masyarakat. Itu benar-benar berkesan bagi saya,” kenang Dudung.

Baca juga: TNI antar pulang massa
Baca juga: Aksi UU Ciptaker munculkan kekhawatiran klaster pendemo dan kampus

Buruh mengikuti aksi menolak Undang-Undang Cipta Kerja di Kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta, Kamis (22/10/2020). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Tidak Jaim
Bagi anak buahnya, Dudung tidak hanya dilihat sebagai sosok pemimpin yang karismatik namun juga sebagai sosok ayah yang selalu mengayomi dalam sebuah keluarga.

“Bagi saya selain sebagai pemimpin, beliau adalah sosok ayah. Karena selama mengenal beliau itu tidak ada jarak antara atasan dan anak buah," ujar Kolonel Inf Luqman Arief.

Dandim 0501 JP/BS itu berkata "Kita dibina, diayomi, komunikasi pun tidak ada sekat," katanya.

Orangnya tidak jaim lah. "Beliau selalu berpesan agar kami jika jadi orang harus selalu berbuat baik kepada siapapun," katanya.

Meski saat ini sudah menjadi pemimpin yang sudah memiliki banyak pasukan, Dudung tetap menjaga sifatnya membumi. Ia tetap mempedomani pesan dari ibunya untuk selalu berbuat baik dan berbagi kepada sesama.

Selama menempuh pendidikan, satu hal yang menjadi kunci keberhasilan, yakni mengasihi sesama. "Berbuat baik kepada siapa saja, baik kepada kawan, atasan, nanti hasilnya baik," katanya.

Itu namanya hukum atraktif. Istilahnya, sekecil apapun kebaikan itu bisa jadi riak kebaikan-kebaikan yang tidak berujung.

Berpedoman pada prinsip menabur kebaikannya itulah maka Dudung tak pernah absen melibatkan anak buah dan kepentingan rakyat jika harus membuat kebijakan ataupun keputusan.

Pendekatannya yang humanis itu hingga kini dipertahankan Dudung dalam setiap langkah kepemimpinannya.

Baca juga: Pangdam Jaya imbau purnawirawan tidak terprovokasi keributan Kalibata
Baca juga: Kapolda Metro - Pangdam Jaya sidak operasi yustisi di Terminal Grogol

Suasana aksi di Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Kamis (22/10/2020). (ANTARA/Livia Kristianti)
Hadapi COVID-19
Dudung dilantik sebagai Pangdam Jaya di tengah situasi krisis akibat COVID-19. Meski demikian dalam tiga bulan kepemimpinannya itu ia mencoba memahami permasalahan yang dihadapi masyarakat ibu kota akibat virus asal Wuhan itu.

Pendekatan kerakyatan tecermin dalam penanganan COVID-19 yang dilakukan oleh Kodam Jaya/Jayakarta.

Selain melakukan pengelolaan di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet dan tetap mengawasi penegakan protokol kesehatan bersama Polri lewat Operasi Yustisi, Dudung memiliki cara yang dibilang cukup "nyeleneh". Untuk mencegah COVID-19 dengan melibatkan emak-emak di kawasan Jakarta, Depok, Tangerang
dan Bekasi.

Kodam Jaya menjaring sekitar 6.100 kader emak-emak pada 61 kelurahan untuk menyebarkan informasi ke rumah-rumah warga terkait pentingnya menjalankan protokol kesehatan untuk mengurangi potensi penyebaran COVID-19.

Tak hanya mencegah peningkatan kasus COVID-19, penggerakan ibu-ibu PKK itu juga turut membantu ekonomi kerakyatan yang sempat melesu.

Emak-emak itu mendapatkan insentif dengan kisaran Rp500.000 hingga Rp1 juta dari pemerintah pusat disesuaikan dengan kontribusinya menjadi kader yang menyosialisasikan penerapan protokol kesehatan.

Ternyata cara itu cukup berhasil. Tidak percuma emak-emak ke rumah-rumah atau sosialisasi di jalan-jalan pakai sound system teriak-teriak soal 3M. "Hasilnya cukup baik, saat ini di RSD Wisma Atlet jumlahnya (kasus konfirmasi COVID-19) berkurang cukup banyak,” kata Dudung.

Baca juga: Pangdam Jaya harap ormas humanis dalam pengawasan protokol kesehatan
Baca juga: Pangdam Jaya pimpin RS Darurat Wisma Atlet

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana bersama Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurahman di Jalan Medan Merdeka Barat, Selasa (20/10/2020). (ANTARA/Livia Kristianti)
Toleransi
Selain berbuat baik, sikap toleransi juga menjadi hal yang ditanamkan Dudung kepada para perwira yang dibinanya.

Dudung mengenang semasa dirinya masih menjabat sebagai Gubernur Akademi Militer (Akmil) di Magelang, Jawa Tengah. Dia mengambil keputusan untuk mendirikan dua tempat ibadah, yaitu gereja Katolik dan pura untuk taruna/agar dapat beribadah.

Dulu di Akmil hanya ada masjid dan gereja untuk yang Protestan. Sementara untuk yang Katolik dan Hindu hanya di kelas membereskan bangku.

"Jadi saya buatkanlah gereja untuk yang Katolik dan pura untuk yang Hindu. Mereka sedini mungkin saya tanamkan sikap toleransi beragama agar tidak hanya mengejar karier tapi tetap menjaga ketakwaan kepada Tuhan,” tutur Dudung.

Toleransi agama itupun tetap dipegang teguh Dudung pada saat bertugas mengawal aksi penolakan UU Cipta Kerja di Ibu Kota 8 Oktober 2020.

Usai mengawal aksi di kawasan MH Thamrin, para pedemo yang ingin menunaikan shalat Maghrib pun meminta Dudung untuk menjadi imam memimpin mereka dalam beribadah.

Permohonan itupun dengan segera diterima Dudung dan berlangsunglah shalat berjamaah usai peserta aksi yang didominasi mahasiswa itu selesai menyampaikan pandangannya yang kontra pada UU Cipta Kerja.

Baca juga: Kodam Jaya bantu pemulihan ekonomi di masa pandemi
Baca juga: Kapolda dan Pangdam Jaya bagikan masker merah putih di Bundaran HI

Pangdam Jaya/Jayakarta Mayjen TNI Dudung Abdurachman (kanan) saat wawancara khusus dengan LKBN Antara di Wisma Antara, Jakarta, Selasa (27/10/2020). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Persuasif
Keputusan Dudung yang toleran lainnya dapat dilihat pada saat aksi 20 Oktober 2020 di kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha yang masih memiliki tuntutan penolakan UU Cipta Kerja.

Saat massa dari elemen buruh dan mahasiswa telah pamit undur diri di sore hari justru bermunculan kelompok yang dapat dikategorikan sebagai anarko.

Beberapa kali massa yang tak teridentifikasi kelompoknya itu melakukan penyerangan terhadap petugas keamanan. Meski demikian Dudung bersih kukuh ingin mengedepankan pembubaran kerumunan orang itu tanpa gas air mata.

“Kita harapkan jangan sampai gas air mata keluar. Sudah persuasif saja, makanya saya turunkan marinir dan TNI AD," katanya.

"Kita halau secara persuasif, akhirnya mereka nurut sehingga tidak ada gas air mata diletuskan. Kita dorong sampai mereka pulang ke tempat masing-masing,” ujar Dudung.

Dudung bercerita pentingnya melihat sisi toleransi itu ditanamkan dan ditularkan kepada prajurit-prajurit yang dibinanya.

Pria yang tengah menjalani Studi S3 Manajemen Strategi itu selalu mengingatkan kepada para perwiranya selain harus selalu berbuat baik, mereka juga harus dapat menerima perbedaan di masyarakat.

“TNI itu berasal dari rakyat, mereka (rakyat) bukan musuh kita, bukan lawan kita. Karena itu bagaimana kamu melakukan pengamanan apa pun secara kondusif, secara persuasif dan humanis kalau dijelaskan dengan baik dan bagus jadi kondusif,” kata Dudung.

Bagi generasi muda, ada banyak hal baik yang dapat dipetik dari sosok Mayjen Dudung Abdurachman.

Sikapnya memimpin masyarakat dengan cara yang sangat membumi, selalu berbuat baik kepada sesama dan tetap bertakwa kepada Tuhan dapat ditiru.

Juga menjadi pedoman agar para pemuda bangsa dapat membawa Indonesia menjadi negara yang maju dan tetap optimis menghadapi berbagai persoalan di masa mendatang.
Baca juga: Pangdam Jaya ajak masyarakat gotong royong lawan COVID-19
Baca juga: Pangdam Jaya sambangi Kantor Berita Antara bahas Indonesia Optimis

Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020