Yogyakarta (ANTARA News) - Puluhan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Yogyakarta menggelar acara Angkringan Batik yang berlangsung di depan Museum Benteng Vredeburg Kota Yogyakarta, Minggu, bertujuan untuk membuktikan bahwa generasi muda tidak lupa pada akar budayanya.
"Saya menghargai ide dari anak-anak ini. Jika ada yang menyatakan bahwa generasi muda sudah lupa pada akar budayanya, ternyata di tempat ini, kenyataan berkata lain," kata Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto di sela-sela acara Angkringan Batik di Yogyakarta.
Menurut dia, acara yang digagas oleh siswa SMA tersebut membuktikan meskipun generasi muda merupakan anak-anak gaul dan berpikir dengan cara yang modern, namun mengetahui secara pasti siapa dirinya, dimana mereka berada dan berasal dari mana.
"Saya berharap konsep acara Angkringan Batik tersebut dapat menginspirasi siswa lain di Kota Yogyakarta untuk menggelar acara serupa, yaitu acara berkonsep budaya,"katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Syamsury juga menyatakan hal senada yaitu menghargai dan mendukung dengan penuh acara yang digagas pelajar tersebut.
"Dengan membatik secara langsung, para siswa ini akan paham dengan proses membatik sehingga lebih menghargai karya batik yang hanya ada di Indonesia," katanya.
Menurut dia, membatik sudah masuk dalam salah satu kegiatan ekstra kurikuler di sekolah umum dan di beberapa sekolah sudah menjadi muatan lokal (mulok).
Sementara itu, penyelenggara acara Arasy Amri menyatakan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk mengenalkan proses membatik kepada pelajar dan juga masyarakat umum.
"Kegiatan ini diikuti sekitar 70 siswa. Kami juga meminta kepada masyarakat maupun wisatawan yang kebetulan lewat di tempat itu untuik ikut belajar membatik tanpa dipungut bayaran," katanya..
Pada kesempatan itu, Wali Kota Herry Zudianto mengawali membatik di selembar kain dengan menggambar sepeda sebagai semangat `Sego Segawe` (sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe/sepeda untuk sekolah dan kerja).
(U.E013/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010