Surabaya (ANTARA) - Mantan Kepala Bareskrim Komjen Pol Susno Duadji menilai pencopotan perwira polisi yang terkait kasus pencucian uang senilai Rp25 miliar dengan tersangka Gayus Tambunan itu tak cukup.
"Terlibat dalam rekayasa perkara itu merupakan tindak pidana, karena itu seharusnya bukan dicopot, tapi dimasukkan sel tahanan," katanya ketika diwawancarai pemandu bedah buku `Bukan Testimoni Susno` per telepon dari Surabaya, Minggu.
Di hadapan puluhan peserta bedah buku dalam rangkaian "Kompas Gramedia Fair 2010" itu, Susno juga sempat diwawancara lewat telepon seluler (ponsel) oleh tiga warga kota Surabaya yang mengikuti bedah buku terbitan PT Gramedia Pustaka Utama setebal 138 halaman itu.
"Kalau dicopot, perwira itu masih bisa menjabat lagi. Jadi, masyarakat jangan cepat puas dengan adanya pencopotan itu, karena perwira polisi itu memang nggak pantas jadi polisi," katanya dalam bedah buku yang menampilkan penulisnya, IzHarry Agusjaya Moenzir.
Ia mengemukakan hal itu ketika menanggapi langkah Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri yang menonaktifkan atau mengganti Brigjen Edmon Ilyas supaya tidak mengganggu proses pemeriksaan dalam perkara Gayus Tambunan.
Selain mengganti Edmon yang menjabat Kapolda Lampung itu, Kapolri juga menonaktifkan perwira menengah di Direktorat II Ekonomi Khusus Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri, Kompol Arafat, namun Brigjen Radja Erizman yang juga diduga terlibat belum dinonaktifkan.
Ketika ditanya warga Surabaya bernama Bagio tentang "beking" yang membuat dirinya sangat berani membongkar "markus" (makelar kasus), Susno mengaku dirinya sebenarnya sudah lama membenahi masalah itu "dari dalam" (internal), tapi tidak didengar.
"Saya justru menjadi korban, karena itu sekarang saya coba benahi dari luar. Soal beking di belakang saya ada satu yakni Allah Subhanahu Wa Taala. Manusia itu khalifah Allah yang harus menegakkan kebenaran di muka bumi," katanya.
Hal senada juga diungkapkan ketika menjawab pertanyaan warga Surabaya lainnya, Siti Nur. "Masalahnya memang dari atas, tapi kalau rakyat menerima hal-hal yang tidak pantas dilakukan polisi ya ngomong saja," katanya.
Menanggapi pertanyaan warga lainnya bernama Peter tentang kemungkinan dirinya akan mati akibat keberaniannya, ia mengaku mati itu dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.
"Tinggal kita pilih, apakah kita mau mati yang membanggakan atau tidak," katanya.(ANT/A038)
Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010