Para penyelam menyelamatkan mayat Ketua Perwira Senior, Nam Ki-Hoon dari ruang istirahat kapal Cheonan berbobot mati 1.200 ton itu.
Kapal tempur berukuran panjang 88 meter itu tenggelam pada 26 Maret menyusul ledakan misterius yang menghancurkan kapal itu di dekat perbatasan laut dengan Korut yang dipersengketakan.
Sebanyak 58 anggota regu penyelamat mendatangi tempat itu segera setelah kapal tenggelam, namun usaha pencarian 46 marinir itu terhambat oleh cuaca buruk dan arus kuat.
Sepekan setelah bencana itu, para pejabat masih mencari jawaban tentang penyebab kapal itu meledak dan terbelah dua di lepas pantai Pulau Baengyeong di Laut Kuning.
Kementerian Pertahanan dan para pejabat istana presiden membantah laporan media massa bahwa kapal itu ditabrak oleh kapal selam Korea Utara.
Seoul belum menemukan bukti apapun mengenai keterlibatan Korut atas tenggelamnya kapal tempur itu, kendati kementerian pertahanan mengatakan satu ranjau Korut - yang disebar di tempat itu -- kemungkinan menjadi sebab bencana itu.
Angkatan Laut Korsel, yang didukung kapal-kapal nelayan dan para penyelam AS, sedang berjuang menantang gelombang tinggi dan arus kuat untuk mencari bagian-bagian kapal, tempat para marinir kemungkinan terperangkap di dalamnya.
Jurubicara Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Korsel mengatakan para penyelam sempat memasuki satu ruang dalam kapal, namun tidak menemukan apapun selain dipenuhi air.
Tempat kecelakaan itu dekat dengan wilayah perbatasan yang dipersengketakan antara Korsel dan Korut, yang sempat menimbulkan bentrokan pada 199 dan 2002 dan terlibat baku tembak pada November tahun lalu.
(Uu.M043/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010