"Hingga kini belum banyak masyarakat yang mengetahui bahwa kapal perintis itu kembali beroperasi," ungkap salah seorang tokoh masyarakat di Pulau Sembilan, Riadi di Kotabaru, Sabtu.
Hal itu disebabkan, kapal perintis tersebut telah lama tidak beroperasi karena kontraknya habis dan saat pelayaran pertama kapal tersebut belum membawa penumpang, jelasnya.
Akibatnya, kata Riadi, banyak masyarakat di Pulau Sembilan masih menggunakan kapal nelayan (peng-es) dan calter speedboat dengan biaya calter kisaran Rp1,5 juta-Rp3 juta untuk sekali jalan.
"Seperti saya sendiri saja saat ke Pulau Sembilan dan ke Kotabaru masih mencalter kapal dengan biaya tinggi," jelasnya.
Riadi berharap pemerintah bersama pihak perusahaan jasa pemilik KM Kana mensosialisasikan pengoperasian kembali kapal tersebut.
Jika tidak disosialisasikan dia khawatir operasionalisasi kapal untuk membuka daerah tersisolir tersebut kurang dimanfaatkan masyarakat terutama mereka yang berdomisili dikepulauan.
"Seperti mereka yang ada di Desa Labuan Barat di Pulau Matasirih," jelas dia.
Sebelumnya, Sekretaris Panitia Lelang transportasi kapal perintis, Imansyah mengatakan, pengoperasian kapal pemenang lelang masih menunggu penyelesaian administrasi kontrak kerja sama antara perusahaan pemenang lelang dengan Administrasi Pelabuhan.
"Pengoperasian kapal perintis sangat bergantung penandatanganan kontrak kerja sama jika sudah ditandatangani maka kapal tersebut segera beroperasi," katanya.
Ketua Panitia Lelang transportasi kapal perintis di Kotabaru, Hasbiyanta mengatakan, PT Sinar Bahtera Maju dinyatakan tim sebagai perusahaan pelayaran yang memenangkan lelang kapal perintis dari empat peserta lelang lain.
(T.I022/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010