“Untuk prospek kuartal IV terutama untuk pemulihan ekonomi, kami terus jaga dan lihat semua indikator baik dari konsumsi, investasi, dan ekspor,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Sri Mulyani menuturkan indikator ekonomi utama yang akan terus dijaga adalah belanja pemerintah mengingat pada kuartal III telah mampu meningkat sebesar 15,5 persen (yoy) sehingga berkontribusi terhadap pertumbuhan hingga 18 persen.
Baca juga: Merajut asa pertumbuhan ekonomi lebih baik 2021
“Nanti kita lihat angkanya yang tercatat di BPS untuk kontribusi konsumsi pemerintah. Jadi kuartal III pemerintah mengkontribusikan kenaikan dari sisi pertumbuhan ekonomi hingga capai 18 persen,” ujarnya.
Menurut Sri Mulyani, peningkatan belanja pemerintah pada kuartal III merupakan hasil dari akselerasi belanja yang belum sempat terjadi pada kuartal sebelumnya karena terjadi perubahan-perubahan mendadak akibat WFH.
Sementara itu, ia mengatakan untuk konsumsi rumah tangga dari kuartal III hingga IV diharapkan mendekati nol persen setelah pada kuartal II mengalami kontraksi hingga 5,5 persen.
Baca juga: Bahlil masih yakin target realisasi investasi Rp817,2 triliun tercapai
“Kita lihat untuk konsumsi diharapkan akan bisa meningkat sehingga bisa mendekati nol persen kuartal IV. Untuk kuartal III masih negatif tapi lebih rendah dibandingkan kuartal II yang capai minus 5,5 persen,” katanya.
Sri Mulyani menyatakan Kementerian Keuangan memprediksi kuartal III berada dalam kisaran minus 1 persen hingga minus 2,9 persen.
“Secara keseluruhan tahun masih sama dengan proyeksi kemarin yaitu minus 0,6 persen hingga minus 1,72 persen,” katanya.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020