Yogyakarta (ANTARA News) - Indonesia dan China sepakat melanjutkan implementasi perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China sesuai jadwal tanpa penundaan 228 pos tarif yang diusulkan para pengusaha Indonesia.

"Saya kira demikian," kata Menteri Perdagangan China, Cheng Deming, dalam jumpa pers usai pertemuan komisi bersama Indonesia-China ke-10 di Yogyakarta, Sabtu.

Perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China yang dimulai sejak 2005 itu telah berlaku penuh sejak Januari 2010. Sebanyak 90 persen dari pos tarif barang masing-masing negara telah menjadi nol persen.

"Sekitar 7.000 pos tarif barang kami telah menjadi nol persen," ujarnya.

Ia mengakui memang selalu ada perusahaan yang akan mengalami tantangan dalam perdagangan bebas terutama usaha kecil menengah (UKM). Oleh karena itu, pihak China mengusulkan bantuan untuk peningkatan daya saing UKM Indonesia.

"Kami sudah memahas masalah ini dengan serius terutama bagaimana upaya membangun kapasitas bagi UKM untuk bersaing di pasar internasional," tuturnya.

Selain kerja sama peningkatan daya saing UKM, Indonesia dan China juga akan membantu perbaikan sistem logistik, permesinan, dan promosi investasi di Indonesia.

Pada kesempatan itu, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menyambut baik solusi yang ditawarkan pihak China tersebut. "Kita menemukan solusi yang jauh lebih menguntungkan dan jauh lebih baik dari yang kita perkirakan sebelumnya," ujarnya.

Mendag menjelaskan kedua pihak sepakat untuk menjaga perkembangan perdagangan dua negara agar seimbang, berkelanjutan, dan saling menguntungkan.

"Kita fokus pada peningkatan daya saing sektor tersebut (UKM) melalui berbagai langkah terutama revitalisasi mesin, promosi investasi serta fasilitasi perdagangan dan lainnya," tambahnya.

Mendag menegaskan kesepakatan tersebut akan ditindaklanjuti dengan pembentukan kelompok kerja dan kelompok ahli berbagai sektor yang perlu ditingkatkan daya saingnya.

(E014*E013/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010