Jakarta (ANTARA) - Pemerintah telah menetapkan dan memperbanyak titik-titik pengungsian, terutama di daerah-daerah yang rawan bencana, sebagai upaya menghadapi bencana hidrometeorologi akibat pengaruh La Nina.

"Di masing-masing wilayah sudah tetapkan titik-titik pengungsian. Di saat pandemi COVID-19 penanganan bencana juga menerapkan protokol kesehatan maka titik pengungsian jumlahnya diperbanyak," kata Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Pepen Nazaruddin di Jakarta, Selasa.

Dalam konferensi pers terkait capaian kinerja setahun Kemensos yang dipantau secara daring, ia mengatakan, penerapan protokol kesehatan di lokasi pengungsian, antara lain dengan mengurangi jumlah pengungsi dalam satu tenda sehingga tidak berkerumun dan membagikan masker.

Pihaknya telah melakukan rapat koordinasi dengan Dinas Sosial dalam rangka menginventarisasi berbagai sarana dan prasarana penanggulangan bencana, untuk kesiapsiagaan, seperti dapur umum tenda sampai Tagana.

Begitu juga dengan kesiapsiagaan "buffer stock" di masing-masing wilayah termasuk stok logistik di gudang Kemensos di Makassar, Palembang, dan Bekasi.

Selain itu, personel Taruna Siaga Bencana (Tagana) disiagakan dan mengaktifkan Kampung Siaga Bencana (KSB) di seluruh wilayah.

BMKG sebelumnya telah menginformasikan bahwa saat ini tengah terjadi fenomena La Nina di Samudera Pasifik dengan intensitas sedang (moderate).

La Nina berpotensi meningkatkan jumlah curah hujan di sebagian besar wilayah. Dampak La Nina terhadap curah hujan di Indonesia tidak seragam, baik secara spasial maupun temporal, bergantung pada musim/bulan, wilayah, dan kekuatan La Nina.

Baca juga: Surakarta gelar kesiapsiagaan Bencana antisipasi La Nina
Baca juga: Kendari bangun kolam retensi antisipasi bencana hidrometeorologi
Baca juga: Wakil Ketua MPR: Langkah antisipasi bencana harus dipahami masyarakat

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020