Passio Yesus Kristus menunjuk pada sengsara yang diderita Kristus demi menebus umat manusia, berawal dari sakrat maut di Taman Getsemani hingga wafat-Nya di Kalvari, kata Pastor Frans Teme, SVD ketika memimpin misa Jumat Agung di Stasi St. Petrus Paulus Paroki Santo Yoseph Pekerja Penfui Kupang, Jumat.
Dalam terjemahan kelompok Yesus Sayang Saya (Yesaya) demikian Pastor Frans, kisah-kisah Sengsara dalam Injil menceritakan detail sengsara Kristus, dan setidaknya sampai batas tertentu, kisah-kisah tersebut sesuai dengan tulisan para ahli sejarah Romawi masa itu - Tacitus, Seutonius dan Pliny Muda.
Menurut dia, penemuan-penemuan arkeologi yang dipadukan dengan penelitian-penelitian menggunakan ilmu kedokteran modern menghasilkan gambaran yang akurat akan apa yang diderita Kristus.
Bahkan menurut Pastor Frans, dalam abad di mana salib biasa digambarkan dengan Yesus `yang telah bangkit` dan `sengsara` serta `korban` telah menjadi istilah-istilah yang tidak disukai, hendaknya umat tidak kehilangan pandangan akan kenyataan passio.
Passio itu secara singkat pula menceriterakan kisah setelah Perjamuan Terakhir Yesus bersama ke-12 muridNya, Yesus pergi ke Taman Getsemani di Bukit Zaitun. Kristus berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." katanya mengutip Injil Lukas 22:42.
Kisah Passio ini direnungkan selama misteri Pekan Suci yang sakral, sehingga patut dicamkan dalam hati apa yang telah Kristus derita demi keselamatan umat manusia yang percaya kepadaNya.
Yesus menyerahkan Diri-Nya sebagai korban silih dosa yang sempurna di altar salib dan membasuh dosa-dosa manusia dengan Darah-Nya yang kudus.
Karena itu umat manusia yang percaya kepadaNya wajib menyadari tanggung jawab untuk menyesali dan bertobat dari dosa-dosanya sebagaimana dikutip dalam Katekismus Gereja Katolik No. 598, dengan mengutip Katekese Romawi kuno menegaskan, : "Semua pendosa pun adalah penyebab dan pelaksana semua siksa yang Kristus derita".
"Oleh karena dosa-dosa kita menghantar Kristus Tuhan kita kepada kematian di kayu salib, maka sesungguhnya mereka yang bergelinding dalam dosa dan kebiasaan buruk, `menyalibkan lagi Anak Allah dan menghina-Nya di muka umum. Kristus yang tersalib merupakan bukti nyata kasih-Nya bagi setiap kita," katanya.
Merenungkan sengsara-Nya akan memperkuat kita dalam menghadapi pencobaan, menggerakkan kita untuk menerima Sakramen Tobat lebih sering, dan menjaga kita agar senantiasa ada di jalan keselamatan.
(T.B017/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010