Panglima ATM Jenderal Azizan sebagai tuan rumah Latgabma ke-7 didampingi Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso membuka kegiatan yang diikuti 1.243 anggota ATM dan 452 anggota TNI di Tanjung Kling, Melaka, Jumat.
"Latgabma ini mengambil tema teroris karena ancaman dunia dan regional saat ini yang nyata adalah mengenai teroris. Sebelumnya Latgabma antara TNI - ATM biasanya melakukan latihan perang konvensional tapi kini melakukan latihan menghadapi terorisme," kata Jenderal Azizan dalam pidatonya.
Latgabma melawan teroris ini juga merupakan kesepakatan pertemuan kedua menteri pertahanan Indonesia - Malaysia dalam GBC (General Border Committee) ke-38 di Kuala Lumpur.
Indonesia dan Malaysia selalu melakukan latihan gabungan bersama setiap tiga tahun. Ini merupakan Latgabma ke-7 sejak dimulai kegiatan ini tahun 1984.
Selain menguji kemampuan tempur kedua pasukan tempur kedua negara, Latgabma ini juga merupakan upaya memperat hubungan baik antara TNI - ATM mulai dari perwira tinggi hingga prajurit.
"Ini merupakan latihan bersama kedua negara bertetangga dan serumpun yang pertama kali dalam menghadapi teroris. Biasanya latihan adalah menghadapi perang konvensional. Ini juga merupakan latihan bersama pertama kali di kawasan ASEAN mengenai teroris," kata Jenderal TNI Djoko Santoso.
Latihan ini sangat penting bagi dunia karena Selat Melaka telah menjadi selat tersibuk di dunia karena ribuan kapal petikemas dan tanker minyak serta gas dari berbagai negara menggunakan alur pelayaran ini sebagai jalur perdagangan.
"Latihan ini menunjukkan kepada dunia, Indonesia dan Malaysia siap menghadapi serangan teroris di Selat Melaka," kata Djoko.
Apalagi Latgabma ini melatih tentara menghadapi serangan teroris di kapal laut, di dalam bangunan, dan serangan udara serta pertahanan nuklir, biologi dan kimia.
Seluruh pasukan khusus darat, udara dan laut kedua negara terlibat dalam latihan ini.
Pasukan khusus laut Indonesia-Malaysia berlatih menghadapi teroris di kapal laut, pasukan khusus udara menghadapi serbuan udara dan pasukan khusus darat menghadapi serangan dalam bangunan.
"Latgabma ini juga mengikutsertakan kepolisian kedua negara dari aspek hukum karena tentara hanya dilatih untuk berperang dan mengalahkan musuh, sedangkan polisi menyiapkan barang bukti untuk membawa para teroris ke pengadilan," kata Asisten Operasi Panglima TNI, Mayor Jenderal TNI Supiadin AS.(A029/A011)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010