Madiun (ANTARA News) - Misa Jumat Agung untuk memperingati Hari Paskah di Madiun, Jawa Timur, digelar dua kali menyusul membeludaknya umat Katolik di daerah itu yang hendak mengikuti misa tersebut.

Pantauan wartawan ANTARA News di Gereja Santo Cornelius, Jumat siang, jumlah umat Katolik yang hendak mengikuti misa di gereja terbesar di Madiun itu mencapai sekitar dua ribu orang.

"Karena jumlah jemaat sangat besar, kami terpaksa mengadakan Misa Jumat Agung ini dua kali, yaitu pada pukul 14.00 dan 18.00 WIB," kata Pastor Kepala Paroki Santo Cornelius, Romo FX. Hardi Aswinarno, C.M.

Sejak Kamis (1/4) malam umat Katolik memadati gereja yang berlokasi di Jalan Pahlawan, Madiun, itu untuk mengikuti Misa Kamis Putih. Pemandangan yang sama juga terlihat Jumat siang. Dan hal itu akan berlangsung hingga Sabtu (3/4) saat jemaat Katolik di kota itu mengakhiri rangkaian Paskah dengan menggelar Misa Sabtu Suci.

Romo Hardi menjelaskan, Misa Jumat Agung itu merupakan ritual untuk memperingati kesengsaraan Yesus Kristus sebelum wafat di tiang kayu salib di Bukit Golgota.

"Melalui misa ini, kami mengajak umat untuk memperingati kisah sengsara kematian Yesus Kristus di kayu salib sebelum akhirnya bangkit pada hari Paskah," ujarnya.

Menurut dia, ada tiga hal penting yang diajarkan gereja kepada umatnya dalam upacara Jumat Agung ini, yakni merasakan kesengsaraan Yesus, lalu mengajak umat berdoa untuk keselamatan dunia, dan mengungkapkan penghormatan dengan mencium salib Yesus.

Selain itu, lanjut dia, Jumat Agung juga merupakan hari wajib bagi umat Katolik untuk tidak menjalankan beberapa hal pantangan dan berpuasa sebagai gambaran atas perasaan berduka dan berkabung.

"Pada Jumat Agung, Yesus Kristus yang dielu-elukan pada Minggu Palma (yang dirayakan Minggu 28/3 lalu), berubah menjadi manusia yang hina. Namun, Yesus menunjukkan kesetiaannya kepada Tuhan dengan meregang nyawa di kayu salib," katanya.

Umat Katolik juga diajak untuk menghayati Jumat Agung dengan belajar mengampuni, tidak menyimpan dendam, dan juga memelihara kesetiaan.

Misa Jumat Agung itu dilakukan dengan puji-pujian dan doa-doa yang diserukan tanpa diiringi dengan alat musik gereja sebagai wujud keheningan dan duka.(M038/C004)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010