Jakarta (ANTARA) - Sekjen Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas mengatakan tidak setuju dengan pernyataan Islamophobia oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyebut penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk kebebasan berekspresi, padahal sejatinya kebebasan ada batasnya.
"Kebebasan ada batasnya. Kita memang bebas untuk berbicara dan berekspresi tapi kita tidak boleh mempergunakan kebebasan tersebut untuk menghina dan merendahkan orang lain apalagi agamanya," kata Buya Anwar saat dihubungi dari Jakarta, Senin.
Ia mengatakan bagi umat Islam jika ada individu menghina dan merendahkan Nabi Muhammad SAW maka tentu tidak akan tinggal diam. Berbagai reaksi akan terjadi bahkan bisa menuju kekerasan.
Menurut dia, berbagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh umat Islam di berbagai belahan dunia nyaris tidak ada yang merupakan aksi. Semuanya merupakan reaksi terhadap hal-hal yang dilakukan oleh orang lain terutama ketika menyakiti hati umat Islam seperti yang dilakukan oleh Presiden Prancis tersebut.
Baca juga: Muhammadiyah: Pernyataan Presiden Prancis mengecewakan
Baca juga: MUI tuding Presiden Prancis suburkan Islamophobia
Anwar yang juga Ketua PP Muhammadiyah mengatakan jika masyarakat dunia ingin tenang dan damai maka sebaiknya untuk tidak menghina dan merendahkan orang lain apalagi agama.
Untuk itu, dia meminta Presiden Macron untuk meminta maaf atas pernyataannya agar dapat meredakan ketegangan dan menghindarkan dari perselisihan.
"Tapi saya yakin dan percaya bila yang bersangkutan meminta maaf atas sikap dan tindakannya tersebut, maka umat Islam pasti akan memaafkannya dan api permusuhan yang sudah menyala tentu akan padam. Sebab umat Islam tidak pendendam. Umat Islam adalah umat yang cinta damai," katanya.*
Baca juga: Ibu Negara Prancis Brigitte Macron jalani isolasi mandiri
Baca juga: Dalam 24 jam terakhir, Prancis catat 25.086 kasus COVID-19
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020