Beijing (ANTARA News/Reuters)- Ketua juru runding nuklir Iran Saeed Jalili bertolak menuju China, Kamis untuk berunding dengan pemerintah negara itu yang dapat memegang kunci penting apakah Teheran menghadapi sanksi-sanksi baru PBB.
Jalili diundang oleh Dai Bingguo, seorang diplomat senior China yang menjabat sebagai Penasehat Negara yang memberikan saran-saran para pemimpin penting mengenai kebijakan luar negeri, kata kantor berita resmi Xinhua mengutip satu laporan televisi Iran.
Kunjungan utusan Iran itu dilakukan pada saat Amerika Serikat dan negara-negara Barat berusaha mendapat persetujuan China bagi satu resolusi baru yang diusulkan pada Dewan Keamanan PBB terhadap Iran, yang menurut mereka akan membuat senjata-senjata nuklir dan melanggar peraturan-peraturan perlindungan nuklir.
Iran mengatakan kegiatan-kegiatan nuklirnya adalah untuk tujuan damai.
Sebagai salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Beijing memiliki hak veto terhadap setiap resolusi, dan para diplomat pentingnya berulang-ulang mengatakan mereka enggan mengenakan sanksi-sanksi baru terhadap Iran, pemasok penting minyak mentah ke China.
Kementerian Kuar Negeri China tidak memberikan komentar mengenai kunjungan Jalili itu dan juga tidak mengatakan apakah China akan mendukung sanksi-sanksi baru itu. Beijing mendukung resolusi-resolusi Dewan Keamanan terdahulu terhadap Iran.
"China menentang Iran memiliki senjata-senjata nuklir, tetapi pada saat yang sama kami yakin bahwa, sebagai satu negara berdulat , Iran memiliki hak untuk membangun energi nuklir untuk tujuan damai," kata seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri, Qin Gang kepada wartawan di Beijing, Selasa.
Presiden Amerika Serikat Barack Obamwa, Selasa mengatakan ia menginginkan sanksi-sanksi PBB yang lebih keras terhadap Iran dan negara-negara industri terkemuka menyatakan optimisme akan setuju.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, Selasa mengatakan kelompok enam negara yang merundingkan kemungkinan sanksi-sanksi terhadap Irak "tetap bersatu."
Lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman atau "P5+1", Rabu sepakat untuk mulai menyusun kemungkinan sanksi-sanksi baru terhadap Iran dalam beberapa hari ke depan.
Para pengamat mengatakan Beijing akan mendesak agar sanksi-sanksi yang mungkin diberlakukan itu tidak mengancam hubungan energinya dan perdagangannya dengan Iran.
Pada tahu 2009, Iran adalah pemasok asing terbesar ketiga bagi minyak mentah ke China, pemakai terbesar kedua minyak setelah Amerika Serikat.
(Uu.H-RN/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010