Jakarta (ANTARA) - PT Bank Central Asia Tbk mencatatkan kinerja keuangan selama sembilan bulan pertama 2020 dengan laba bersih Rp20 triliun atau turun 4,2 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp20,9 triliun.
“Turun 4,2 persen dibandingkan dengan Rp20,9 triliun pada tahun sebelumnya yang disebabkan oleh meningkatnya biaya pencadangan,” kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Meski demikian, Jahja menyatakan BCA berhasil mencatat pertumbuhan positif laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) di tengah pandemi dan sejumlah tantangan ekonomi yakni meningkat 13,5 persen (yoy) menjadi Rp33,8 triliun.
Baca juga: Bos BCA akui "open banking" jadi tantangan yang tak mudah
Hal itu dapat terealisasi karena ditopang oleh pertumbuhan dana giro dan tabungan (CASA), penurunan biaya dana (CoF) dan penurunan biaya operasional.
Kemudian dari sisi pendanaan, BCA turut mencatat kinerja yang baik sepanjang kuartal I hingga kuartal III tahun ini yaitu CASA tumbuh 16,1 persen (yoy) mencapai Rp596,6 triliun.
CASA yang tumbuh 16,1 persen (yoy) tersebut menghasilkan total dana pihak ketiga dengan pertumbuhan sebesar 14,3 persen (yoy) menjadi Rp780,7 triliun dan deposito berjangka meningkat 8,8 persen (yoy) mencapai Rp184,1 triliun.
Pertumbuhan dana pihak ketiga telah mendorong pertumbuhan total asset BCA yang menembus level hingga mencapai Rp 1.003, 6 triliun atau meningkat 12,3 persen (yoy).
Baca juga: BCA targetkan merger BCA Syariah-Rabobank awal 2021
Sementara itu, franchise perbankan transaksi BCA yang didukung oleh besarnya jumlah nasabah dan pengembangan berbagai layanan digital turut memperkokoh kontribusi CASA sebagai dana inti bank dengan memberikan kontribusi 76,4 persen dari total dana pihak ketiga.
BCA memproses sekitar 33 juta transaksi per hari selama sembilan bulan pertama tahun ini yang meningkat dari 26 juta transaksi per hari pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Kami terus melihat perkembangan yang pesat pada jumlah transaksi melalui mobile dan internet banking,” ujar Jahja.
Selanjutnya, BCA mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 9 persen (yoy) menjadi Rp40,8 triliun selama sepanjang kuartal I sampai kuartal III tahun ini yang mayoritas ditopang oleh rendahnya beban bunga.
“Pendapatan selain bunga tercatat sebesar Rp15,1 triliun atau meningkat 3 persen (yoy),” katanya.
Total pendapatan operasional selama sembilan bulan pertama tahun 2020 mencapai sebesar Rp55,9 triliun atau tumbuh 7,3 persen (yoy), sedangkan beban operasional Rp22,1 triliun atau turun Rp216 miliar dibanding tahun lalu.
Sejalan dengan hal ini, PPOP meningkat sebesar Rp4 triliun atau 13,5 persen menjadi Rp33,8 triliun sehingga menjadi penyangga atas meningkatnya biaya pencadangan.
BCA membukukan biaya pencadangan sebesar Rp9,1 triliun atau meningkat hingga 160,6 persen (yoy) yakni sebesar Rp5,6 triliun sejalan dengan peningkatan risiko penurunan kualitas kredit.
Untuk rasio keuangan BCA berada pada kondisi yang baik di tengah krisis pandemi yakni tercermin dari rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 24,7 persen pada September 2020 atau lebih tinggi dari ketetapan regulator dan rasio LDR sebesar 69,6 persen.
Untuk Rasio kredit bermasalah (NPL) tetap terjaga pada level 1,9 persen dibandingkan tahun lalu yang sebesar 1,6 persen, rasio pengembalian terhadap aset (ROA) tercatat 3,4 persen, dan rasio pengembalian terhadap ekuitas (ROE) 16,9 persen.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020