Purwokerto (ANTARA) - Di tengah pandemi COVID-19 yang belum diketahui kapan berakhirnya, masyarakat Indonesia termasuk Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah, dihadapkan pada potensi terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor pada musim hujan tahun 2020.
Potensi bencana hidrometeorologi tersebut telah diingatkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) karena saat sekarang sedang berlangsung fenomena La Nina moderat yang berdampak pada peningkatan curah hujan.
Dalam hal ini, curah hujan yang dipengaruhi oleh La Nina moderat diprakirakan lebih tinggi dari rata-rata normalnya.
Bahkan, BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap juga telah mengingatkan warga Jawa Tengah bagian selatan khususnya Kabupaten Cilacap, Banyumas, dan sekitarnya untuk mewaspadai peningkatan curah hujan yang berpotensi terjadi pada bulan Oktober-November 2020.
"Selama bulan Oktober-November diprakirakan curah hujannya tinggi karena adanya La Nina moderat. Jadi beberapa wilayah termasuk Cilacap dan sekitarnya, akumulasinya (akumulasi hujan, red.) tinggi, sehingga masih ada kemungkinan terjadi curah hujan di atas normal atau lebih dari rata-rata," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo.
Baca juga: Miminalisasi dampak banjir, PMI lakukan aksi dini berbasis prakiraan
Terkait dengan kondisi tersebut, dia mengimbau masyarakat yang bermukim di wilayah rawan longsor dan banjir untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi seiring dengan peningkatan curah hujan akibat pengaruh fenomena La Nina moderat.
Peringatan dini potensi bencana hidrometeorologi itu pun mendapat respons positif dari pemerintah daerah dengan menyiapkan berbagai langkah antisipasi guna meminimalisasi risiko bencana termasuk mengantisipasi terjadinya klaster baru penyebaran COVID-19 di tengah bencana alam.
Hal itu disebabkan dalam situasi bencana, kerumunan warga tidak bisa dihindarkan, sehingga protokol kesehatan pencegahan COVID-19 kemungkinan sangat sulit untuk diterapkan.
Oleh karena itu, Bupati Banyumas Achmad Husein mengingatkan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas dan para sukarelawan mengenai pentingnya penerapan protokol kesehatan dalam kegiatan penanggulangan bencana alam.
Baca juga: PMI fokus antisipasi penyebaran COVID-19 di pengungsian bencana alam
"Minimal pakai masker, aman. Masker ini sangat vital," katanya. Dia menambahkan penggunaan masker dapat mengurangi risiko penularan virus corona penyebab COVID-19.
Menurut dia, bencana yang sering terjadi di wilayah Banyumas adalah tanah longsor dan banjir, sementara pemerintah daerah sudah melakukan langkah-langkah mitigasi. Oleh karena itu, mitigasi berlanjut perlu dilakukan untuk meminimalkan dampak bencana.
Kendati demikian, Bupati mengakui ada sejumlah langkah yang bersifat permanen dalam penanggulangan bencana seperti kegiatan normalisasi sungai di daerah rawan banjir dan pembuatan parapet (sandaran) di daerah rawan longsor.
Akan tetapi langkah-langkah yang bersifat permanen itu membutuhkan waktu yang cukup panjang dan dana yang besar, sehingga mitigasi berlanjut harus terus dilakukan.
Terkait dengan fenomena La Nina moderat yang diprediksi akan meningkatkan curah hujan pada musim hujan tahun 2020, dia mengatakan pihaknya telah menyiapkan antisipasi bencana dengan lebih baik jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Harus lebih baik dari tahun lalu. Persiapannya harus dikuatkan, ditambah, anggarannya pun saya pikir juga kita tambahkan," katanya.
Baca juga: Kendari bangun kolam retensi antisipasi bencana hidrometeorologi
Dalam hal ini, kata dia, pihaknya telah menambah anggaran kebencanaan dari sebelumnya Rp2,3 miliar menjadi Rp4 miliar.
Sementara di Kabupaten Cilacap, BPBD setempat berupaya mengantisipasi kemungkinan terjadinya klaster pengungsian dalam penularan COVID-19 ketika terjadi bencana di wilayah itu.
"Hingga saat ini memang belum ada bencana banjir, longsor, dan sebagainya yang mengakibatkan pengungsian, semoga tidak sampai terjadi. Namun kami tetap berupaya mengantisipasi adanya klaster pengungsian jika sampai ada warga yang mengungsi saat bencana," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Tri Komara Sidhy.
Baca juga: PMI antisipasi sejak dini fenomena La Lina yang bisa berdampak bencana
Ia mengatakan antisipasi tersebut dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan di setiap lokasi pengungsian dengan harapan tidak menimbulkan klaster baru dalam penularan COVID-19.
Dalam hal ini, kata dia, jumlah pengungsi di satu tempat pengungsian akan dibatasi maksimal 50 persen dari kapasitas normal.
"Dengan demikian, tempat pengungsian yang kami siapkan paling tidak dua kali lipat dari biasanya. Itu semua untuk mengurangi kerumunan pengungsi," kata dia menegaskan.
Selain tempat pengungsian, BPBD Kabupaten Cilacap juga menyiagakan personel dan sukarelawan guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi seiring dengan adanya peringatan dini cuaca ekstrem yang dikeluarkan BMKG.
"Yang pasti, selain menyiagakan personel di Pusdalops (Pusat Pengendalian Operasi) BPBD, kami juga menyiapkan pos siaga di masing-masing kecamatan maupun UPT (Unit Pelaksana Teknis) BPBD," kata Tri Komara.
Baca juga: Wakil Ketua MPR: Langkah antisipasi bencana harus dipahami masyarakat
Dalam hal ini, personel pos siaga selanjutnya diminta untuk memantau kondisi wilayah masing-masing sebanyak empat kali dalam 24 jam serta berkoodinasi dengan Pusdalops dan pihak lainnya melalui sarana komunikasi yang ada.
BPBD Cilacap juga telah menyampaikan kepada para camat di wilayah rawan bencana hidrometeorologi untuk mengimbau warganya agar senantiasa waspada dan meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya banjir atau longsor.
"Kami juga telah membentuk desa tangguh bencana banjir maupun longsor, juga telah melakukan pemetaan daerah rawan bencana, menyiapkan sumber daya kebencanaan, membuat arah jalur evakuasi, rumah panggung untuk tempat pengungsian, serta titik kumpul di masing-masing desa yang mempunyai ancaman banjir maupun longsor," katanya.
Baca juga: BPBD DIY kerahkan relawan antisipasi bencana hidrometeorologi
Kendati telah ada personel BPBD dan sukarelawan yang disiagakan, dia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan siaga selama 24 jam dalam tujuh hari. "Siaga tanpa jeda. Jangan sampai lengah dan terlambat dalam evakuasi serta tetap menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan COVID-19," katanya.
Protokol kesehatan tetap harus diterapkan dalam penanganan bencana yang berpotensi terjadi di tengah pandemi mengingat kasus COVID-19 khususnya di Kabupaten Banyumas dan Cilacap yang merupakan daerah rawan bencana hidrometeorologi. Hal itu disebabkan kasus COVID-19 di Kabupaten Banyumas dan Cilacap tergolong tinggi.
Berdasarkan data yang disajikan laman covid19.banyumaskab.go.id per tanggal 26 Oktober 2020, pukul 12.07 WIB, warga Kabupaten Banyumas yang terkonfirmasi positif COVID-19 sejak terjadinya pandemi hingga saat ini tercatat sebanyak 746 orang.
Dari jumlah tersebut diketahui sebanyak 128 orang masih dirawat di rumah sakit, 45 orang menjalani isolasi mandiri, 549 orang dinyatakan sembuh, dan 24 orang meninggal dunia.
Sementara berdasarkan data yang disajikan laman corona.cilacapkab.go.id per tanggal 26 Oktober 2020, pukul 13.19 WIB, jumlah warga Kabupaten Cilacap yang terkonfirmasi positif COVID-19 sejak terjadinya pandemi hingga saat ini mencapai 1.003 orang.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 122 orang masih menjalani perawatan, 22 orang meninggal dunia, dan 859 orang dinyatakan sembuh.
#satgascovid19 #pakaimasker #jagajarak #cucitangan
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2020