Beograd (ANTARA News/Reuters) - Uni Eropa Rabu memuji Serbia karena mengakui masa lalunya yang bermasalah setelah parlemen di Beograd meminta maaf atas pembunuhan pada 1995 terhadap ribuan Muslim Bosnia di Srebrenica.

Menurut Kepala Kebijakan Luar Negeri EU Catherine Ashton, permintaan maaf itu merupakan langkah penting bagi negara itu untuk menghadapi masa lalunya. Proses yang sulit tapi perlu masyarakat Serbia terima, katanya dalam pernyataan bersama dengan Komisaris Perluasan EU Stefan Fule.

"Ini tidak hanya penting bagi Serbia, ini penting bagi rekonsiliasi seluruh kawasan itu."
Resolusi parlemen Serbia itu menyampaikan simpati pada korban dan meminta maaf karena tidak cukup berusaha untuk mencegah pembunuhan besar-besaran tersebut, tapi tidak sampai mengatakan tragedi itu sebagai "genosida", atau pembasmian etnik.

Tindakan itu disetujui oleh 127 dari 149 anggota majelis yang hadir di parlemen. Beberapa anggota parlemen dari partai oposisi meninggalkan majelis tak lama sebelum pemungutan suara.

"Dengan (pernyataan) ini rakyat Serbia menunjukkan mereka ingin menjauhkan diri mereka dari kejahatan yang besar sekali itu," kata Presiden Serbia Boris Tadic pada konferensi pers.

Koalisi Demokrat dan Sosialis pimpinan Tadic yang berkuasa -- yang dipimpin oleh bekas presiden Slobodan Milosevic pada 1990-an -- mengharapkan akan memperoleh dukungan EU dan investor dengan permintaan maaf itu.

Tadic menyatakan tindakan itu memperlihatkan patriotisme dan pertanda keinginan Serbia akan rekonsiliasi regional. Ia mengesampingkan kecaman bahwa Serbia bertindak di bawah tekanan global. "Ini keputusan kita. Serbia melakukan ini untuk dirinya," tegasnya.


Penangkapan Mladic

Pasukan Serbia Bosnia yang dipimpin oleh Jenderal Ratko Mladic telah membunuh sekitar 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim Bosnia setelah mengambialih Srebrenica, wilayah kantung di Bosnia timur yang ditempatkan di bawah perlindungan PBB itu. Pembunuhan besar-besaran di Srebrenica merupakan penganiayaan terburuk di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Seorang diplomat Barat yang ditempatkan di Bosnia ketika pembantaian di Srebrenica terjadi, menyatakan mensahkan resolusi itu tanpa menangkap Mladic hanya berarti sedikit. Menurut dia, resolusi permintaan maaf itu harus juga disertai dengan langkah hukum. Jika mereka mengira, mereka dapat membiarkan Mladic kabur bebas selama 15 tahun lagi, itu sangat tidak adil.

Beograd telah mengajukan keanggotaan Uni Eropa pada Desember, tapi harus menangkap dan mengirim Mladic ke Pengailan Kejahatan Perang di Den Haag sebelum memulai pembicaraan keanggotaannya. Bekas jenderal itu, dipuji sebagai pahlawan oleh banyak warga Serbia, dipercaya bersembunyi di Serbia.

Pernyataan EU itu menegaskan kerjasama penuh dengan Pengadilan Kejahatan Perang PBB, termasuk penangkapan dan penyerahan buron yang tersisa, sangat penting bagi prospek masuknya Serbia ke EU.

PM Mirko Cvetkovic mengatakan pada Reuters pekan lalu, resolusi itu hendaknya membantu memperbaiki hubungan yang tegang dengan Bosnia. Pembunuhan di Srebrenica, menurut dia, merupakan kejadian yang telah lama lewat yang hendaknya membuka pintu bagi kerjasama pada masa depan.

Tapi banyak warga di Bosnia, tempat 100.000 orang tewas dalam perang Bosnia 1992-1995, menganggap resolusi Serbia itu sangat kecil, sangat terlambat.

"Banyak penjahat yang membunuh anak-anak kami lari ke Serbia, tempat mereka tinggal sebagai warga bebas dan menikmati hak penuh," kata Munica Subasic, pemimpin perhimpunan wanita Srebrenica yang kehilangan suami dan anak laki-lakinya dalam pembunuhan di Srebrenica.

"Tidak ada maaf bagi kejahatan. Keadilan hanya dapat terwujud jika semua penjahat yang bertanggungjawab atas kekejaman itu ditunjuk dan memikul tanggungjawab," tegasnya. (S008/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010