Pontianak (ANTARA News) - Lemahnya sensor terhadap perfilman nasional mendapatkan sorotan dari sejumlah kalangan di Kalimantan Barat, provinsi yang tengah membenahi bidang perfilman daerah.

Menurut Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Kalbar Herawati, sekarang banyak film-film yang seharusnya tidak lulus sensor, beredar di masyakarat.

Dengan lemahnya sensor, tidak sedikit film-film yang mengumbar nafsu bisa beredar bebas dan ditonton oleh sebagian remaja Indonesia, kata Herawati di Pontianak, Rabu.

"Kami khawatir dampak dari film yang tidak layak tayang itu mempengaruhi perilaku generasi muda," ujarnya.

Sementara Wakil Wali Kota Pontianak Paryadi meminta Lembaga Sensor Film (LSF) menyensor secara ketat film-film yang banyak mempertontonkan adegan panas dan menonjolkan kemolekan tubuh sang artis daripada kualitas isi film.

Herawati mengatakan, sekarang instansinya sedang mencari pola yang pas untuk mensosialisasikan tentang peredaran film, khususnya film-film dokumenter tentang Kalbar.

"Tapi kami masih mengalami permasalahan di lapangan seperti kurangnya sumber daya manusia (SDM), sehingga baru sebatas membuat film dokumenter," ujarnya.

Disbudpar juga sedang membenahi bidang perfilman di provinsi itu, karana tidak sedikit tawaran pembuatan film dari pemerintah pusat yang ditolak karena keterbatasan SDM dan anggaran.

(U.A057/N005/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010