Malang (ANTARA News) - Pipi siapa yang tidak langsung bersemu lantaran menerima kecup "selamat pagi" dari pujaan hati. Serta- merta meluncurkan yel satu kata "Yes" sebagai ungkapan serba melegakan, serba paripurna.
Masih ingin mendengar kata romantis dari ungkapan sebuah kecupan? Muuuaaach....
Berharap sisi romantis nan menggelora dari perhelatan Kongres Sepakbola Nasional (KSN) yang diadakan di Malang pada 30-31 Maret 2010?
Jawabnya, apa kata dunia masih menaruh harapan kepada KSN yang menyedot dana sebanyak kurang lebih Rp3 milyar, sementara butir-butir rekomendasi yang diluncurkan bagi perbaikan sepakbola nasional bernada "itu lagi, itu lagi".
Hampir tidak ada yang "greng" dari KSN di kota nan hijau pepohonan ini. Yang tersisa, butir-butir rekomendasi minus cinta akan kebijaksanaan.
Mengecup orang yang dikasihi dari dua orang yang dipanah Dewi Amor menandakan bahwa ada cinta nan bijak yang hendak diungkapkan bukan sebatas idea mengawang, tetapi sesuatu yang hendak diwujudkan. Bagi filsuf Plato, kebijaksanaan yang mengandung akal dan kebenaran membantu manusia untuk memilih dan menentukan hidup yang terbaik.
Apakah terselenggaranya KSN sudah memenuhi akal dan kebenaran? Ketua Umum KSN Agum Gumelar dalam persidangan pemaparan hasil komisi A, Komisi B, dan Komisi C, di Malang, Kamis menjawab dengan mengatakan, "Sejauh ini semuanya sudah melewati proses. Dan semua pihak hendaknya menghormati hasil yang telah ditetapkan dalam KSN ini".
Ada cinta dari masing-masing komisi bagi kebenaran akan perbaikan masa depan sepakbola. Sampai-sampai peserta KSN seakan tersedot oleh yel salam olahraga: Jaya! Salam sepakbola: bersahabat! Dengan menjalin persahabatan, kita raih prestasi sepakbola Indonesia sebagai "Macan Asia" demi Kejayaan olahraga nasional, dan tegaknya nasionalisme Indonesia. "Yes."
Komisi A yang membidangi organisasi, lewat juru bicaranya Ketua Komisi A KSN Hendardji Soepandji, Rabu, merekomendasikan sejumlah butir gagasan antara lain meningkatkan koordinasi dan komunikasi antara PSSI, KONI dan Pemerintah, menggelontorkan sejumlah dana kepada PSSI bagi terselenggaranya roda pembinaan sepakbola usia muda, mengusulkan penyelenggaraan Lokakarya Sepakbola dengan mengundang para pakar sepakbola baik berskala regional maupun internasional.
Suhu persidangan tiba-tiba meluncur relatif tinggi. Sejumlah peserta utamanya yang menempati bangku belakang mulai berteriak, "Ini bukan forum tanggapan. Lewat!" Suasana ini dipicu oleh pernyataan dari pegiat sepakbola Herman Sumbu yang mempertanyakan pacekliknya prestasi sepakbola selama kepemimpinan Ketua Umum Nurdin Halid sepanjang tujuh tahun ini.
"Selama kepemimpinan Nurdin Halid, mengapa tidak ada satu medali pun yang kita peroleh. Ini misterius. Ini perlu dipertanggungjawabkan," katanya. Pernyataan dan pertanyaan mendasar ini sungguh menikam mereka yang terlanjur terlena oleh yel "Semuanya Berjalan Beres." Agaknya mereka tidak ingin mengunyah kentang panas dengan sesekali berkata, "Waktunya habis."
Inikah wujud cinta kebijaksanaan akan sepakbola Indonesia? Atau ini romantisme pas-pasan yang mendaulat publik agar berjalan sesuai rel, tidak memantik diri agar mengajukan pertanyaan reflektif, mengapa kondisi sepakbola Indonesia nir-prestasi?
Sehari sebelumnya, Sidang Komisi A tak membuahkan rekomendasi perombakan kepengurusan PSSI dengan mengganti Ketua Umum PSSI Nurdin Halid. Bahkan, agenda mengupas statuta FIFA, yang disinyalir diselewengkan oleh PSSI, gagal terwujud memenuhi ungkapan dari salah satu bunyi iklan otomotif, "Wuus, wuus...nyaris tak terdengar".
Salah satu penyebabnya, banyak peserta sidang yang didominasi oleh personel PSSI. "Saya sudah menawarkan pembahasan statuta FIFA tetapi itu ditolak karena para pendukung PSSI meminta dilakukan pembahasan internal bersama KONI. Kita harus mengikuti suara peserta. Semua kami beri kesempatan untuk bicara. Namun, dalam rapat ini perwakilan PSSI yang lebih banyak bicara, sedangkan perwakilan PWI tidak," kata Hendardji, Selasa (30/3).
Sejumlah butir rekomendasi juga dikemukakan Komisi B, lewat juru bicaranya Ngatino. Butir rekomendasi itu antara lain perlu pendekatan iptek bagi pembinaan persepakbolaan nasional, menjalankan kembali roda kompetisi di tingkat Sekolah Dasar (SD), SMP, SLTA dan Perguruan Tinggi, membatasi jumlah pemain asing, membuat standarisasi Sekolah Sepakbola, dan membangun infrastruktur olahraga, termasuk lapangan sepakbola.
Sementara Jurubicara Komisi C, Suryopratomo membeberkan beberapa butir rekomendasi antara lain mengusulkan kepada pemerintah agar mengalokasikan dana sebesar tiga persen dari APBN untuk membangun sepakbola nasional, meminta seluruh jajaran pengurus PSSI agar lebih independen dan terbuka.
Selain itu, mendorong peran Departemen Pendidikan Nasional (Diknas) untuk membangun proyek "student athlete", dan meminta kepada para klub sepakbola agar mengelola klubnya secara profesional dengan menghidupi diri sendiri dari aspek pendanaan, misalnya penjualan merchandise; contohnya klub Arema dan Perseib.
Ketiga rekomendasi dari masing-masing Komisi ini hendak meneguhkan bahwa ada ungkapan sarat cinta akan kebijaksanaan "From Malang With Love".
Dan Plato berujar bahwa cinta akan kebijaksanaan dapat dibandingkan dengan cinta akan karya seni. Dalam karyanya "Symposium", Plato mengatakan dalam berhubunan dengan orang lain, kita selalu memerlukan waktu untuk menyelami bagian-bagian terdalam diri.
Apakah pembentukan Dewan Sepakbola Nasional memang manifestasi dari cinta akan kebijakan? Nyatanya butir pembentukan Dewan Sepakbola Nasional dicoret dari delapan butir Rekomendasi Malang setelah melewati perdebatan seru mengenai perlu tidaknya dewan itu di pemaparan akhir tim perumus KSN
Pembacaannya bahwa kita tidak pernah mengenal seseorang secara utuh pada pertemuan pertama. Dengan mencintai keindahan tubuh, kita dapat mencintai jiwa yang indah. Dari sana kita menuju cinta akan pemikiran atau ide-ide yang indah pula, lalu kita bergarak menuju cinta sejati.
From Malang with Love? Boleh dibilang, tiada cinta dari KSN. Karena tidak ada ide-ide yang menyegarkan jiwa, menyiram nurani bagi mereka yang menaruh cinta kepada sepakbola nasional.
Yang tersisa, kecupan nan menggoda hati dari dia yang mengada senantiasa. Muuuaaach! Dan ia berkata, pipimu memerah.(ANT/.A024)
Pewarta: Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010