Saumlaki (ANTARA) - Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. P.P. Magretti Saumlaki Kabupaten Kepulauan Tanimbar dr. Fulfully Ch Nuniary menyatakan saat ini rumah sakit yang dipimpinnya itu kekurangan obat-obatan dan bahan habis pakai (disposable).
"Jenis obat-obatan yang kurang adalah beberapa jenis obat antibiotik dan obat antinyeri. Sementara jenis bahan habis pakai adalah jarum suntik, alat infus, kasa, plester perban dan lainnya," katanya di Saumlaki, Sabtu.
Kondisi itu sudah terjadi selama dua pekan terakhir, sehingga pasien yang membutuhkan jenis obat-obatan yang habis dianjurkan untuk membeli dari luar rumah sakit.
Baca juga: Perawat RSUD Magretti Saumlaki mogok kerja
"Kami hanya mengalami kekurangan obat tertentu yang dibutuhkan. Kekurangan obat di rumah sakit ini sekitar 30 sampai 40 persen obat yang esensial atau obat yang betul -betul dibutuhkan dan sudah menyentuh stok penyangga obat," kata Fulfully.
Dia menjelaskan stok penyangga adalah persediaan obat untuk mengantisipasi peningkatan kunjungan, keterlambatan kedatangan obat dan pemakaian yang ditentukan berdasarkan tipe rumah sakit.
Beberapa kendala yang dihadapi adalah jumlah kunjungan bertambah, sementara pengadaan obat-obatan terbatas sesuai tipe rumah sakit. RSUD Magretti Saumlaki yang berada di tipe D tidak bisa melakukan pengadaan obat-obatan melebihi standar yang ditetapkan berdasarkan ketentuan.
Selain itu, pihak RSUD Magretti masih menunggak pembayaran obat pada puluhan perusahaan penyedia obat-obatan dan bahan habis pakai, sehingga mempengaruhi proses pengadaan.
"Kita dorong untuk dibayar minimal Rp1 miliar supaya tidak menjadi batu sandungan. Total tunggakan obat itu ada Rp3 miliar. Utang ini beredar di puluhan perusahaan," katanya.
Baca juga: RSUD Magretti terkendala tangani terduga virus corona dari Tanimbar
Baca juga: Satu warga di Tanimbar diduga terjangkit virus corona
Selain terjadi kekurangan obat dan bahan habis pakai, RSUD rujukan pasien COVID-19 itu juga terkendala dalam menyiapkan oksigen bagi para pasien, karena terjadi kerusakan pada mesin kompresor.
Fulfully menyebutkan akibat kerusakan ini, jumlah oksigen yang dihasilkan dalam 12 jam hanya bisa mencapai 3-4 tabung.
"Dalam keadaan mendesak ini, kita sudah antisipasi dari dua pekan lalu. Skenario rumah sakit dalam mengatasi kekurangan obat esensial ini sudah kami identifikasi dua pekan lalu," katanya.
Proses pembelanjaan obat-obatan dilakukan melalui penyedia jasa di Ambon dan dipastikan dalam pekan depan atau Minggu pertama bulan November sudah bisa teratasi. Selain itu, proses pengadaan alat mesin kompresor rumah sakit sudah dilakukan dan saat ini sedang dalam proses pengiriman.
Jika alatnya sudah terpasang, dipastikan stok oksigen sudah kembali normal, bahkan bisa membantu melayani permintaan dari Puskesmas.
Reaksi masyarakat
Akibat kekurangan obat-obatan dan bahan habis pakai di RSUD Magretti Saumlaki, sekelompok pemuda yang tergabung dalam Vocal Group Emperan di bawah koordinator Sony Hendra Ratisa (mantan anggota DPRD MTB) menggelar aksi solidaritas untuk mengumpulkan seribu koin dalam membantu kelangkaan stok obat-obatan yang terjadi di rumah sakit itu.
Aksi ini dilakukan di ruas jalan utama kota Saumlaki, Jumat (23/10)
Kendati vocal group emperan berhasil menyumbangkan satu paket yang berisi obat-obatan, pihak RSUD Magretti menolak menerima.
Baca juga: Kadis Kesehatan: 29 pasien COVID-19 di Tanimbar sembuh
Baca juga: Bandara Mathilda Batlayeri Saumlaki kembali dibuka
"Kami menghargai itikad baik dari pihak-pihak yang membantu, tetapi paling tidak mekanisme rumah sakit itu agak sulit menerima bantuan-bantuan seperti itu, karena sudah ada mekanisme yang mengatur masuk ke dalam APBD daerah untuk dikelola oleh rumah sakit," kata Fulfully.
Pihak rumah sakit tidak akan menerima sumbangan itu. "Kami justru menyarankan lebih baik utamakan kebiasaan hidup sehat dalam mencegah terjadinya penyakit," pungkasnya.
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020