Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, berencana membuka kembali pembelajaran tatap muka di sekolah mulai awal November nanti dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
"Yang kita buka untuk tingkat SMP dulu. Nanti dievaluasi perkembangannya. Jika dianggap memungkinkan, baru dilanjutkan untuk kelas III sampai VI SD. Tapi kalau ternyata risiko penularan meningkat, maka saya akan membuat keputusan untuk sekolah ditutup lagi," kata Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi di Sampit, Sabtu.
Pernyataan itu disampaikan Supian Hadi saat menghadiri Konferensi Kabupaten PGRI Kotawaringin Timur. Kegiatan dihadiri Penjabat Sekretaris Daerah yang juga Kepala Dinas Pendidikan Kotawaringin Timur Suparmadi, Ketua PGRI Provinsi Kalimantan Tengah Suriansyah Murhaini serta pengurus PGRI dari 17 kecamatan di Kotawaringin Timur.
Supian menjelaskan keputusan untuk membuka kembali pembelajaran tatap muka di sekolah merupakan tindak lanjut aspirasi pelajar, orangtua murid dan guru. Rencana ini juga sudah dibahas dalam rapat bersama dengan Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan satuan organisasi perangkat daerah lainnya.
Baca juga: Dua SD di Sidoarjo lakukan pembelajaran tatap muka
Baca juga: 80 persen sekolah di Gresik siap gelar pembelajaran tatap muka
Rencananya pembelajaran tatap muka di sekolah dibuka untuk tingkat SMP mulai Senin tanggal 3 November nanti. Dalam waktu satu pekan ini, pihak sekolah diminta mempersiapkan sarana dan prasarana untuk memastikan protokol kesehatan dijalankan dengan ketat saat sekolah dibuka.
Koordinasi juga dilakukan dengan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kotawaringin Timur. Hal ini sangat penting untuk memastikan setiap sekolah menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah penularan dan kluster baru COVID-19.
Izin dibukanya kembali sistem belajar tatap muka hanya diberikan kepada sekolah yang kelurahan atau desanya masuk kategori zona hijau.
Bagi kelurahan atau desa yang dinyatakan berisiko, maka belum diizinkan bagi sekolah di wilayah itu melaksanakan pembelajaran tatap muka di sekolah sehingga harus tetap melaksanakan pembelajaran dari rumah.
Supian mengakui kebijakan ini memang tidak populer dan dinilai berisiko. Namun, dia juga mengatakan bahwa ini berdasarkan aspirasi masyarakat serta melalui pembahasan secara matang.
Dia menegaskan pemerintah daerah tidak mungkin mengorbankan keselamatan anak-anak. Keputusan ini melaluinya berbagai pertimbangan dan terus dievaluasi karena akan diambil keputusan cepat jika terjadi situasi uang
"Sejauh ini, yang kurang disiplin menggunakan masker adalah anak-anak dan remaja. Makanya hal yang penting adalah bagaimana pihak sekolah dan kita semua mendisiplinkan anak-anak kita menerapkan protokol kesehatan, mencuci tangan, menjaga jarak dan kewajiban lainnya secara disiplin," ujar Supian.
Dia memaklumi jika keputusan ini nantinya menuai pro dan kontra di masyarakat. Namun, dia meyakinkan bahwa keputusan ini diambil melalui pertimbangan panjang dan akan terus dievaluasi.
Secara khusus dia meminta guru dan orangtua siswa untuk mengingatkan dan mengawasi anak-anak agar mematuhi protokol kesehatan. Semua pihak harus bersama-sama peduli dan berpartisipasi mencegah serta memutus mata rantai penularan COVID-19.*
Baca juga: Siswa ikuti uji coba pembelajaran tatap muka harus seizin orang tua
Baca juga: Sejumlah sekolah di Banyumas uji coba pembelajaran tatap muka
Pewarta: Kasriadi/Norjani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020