Jakarta (ANTARA News) - Rusia menghadapi tantangan terorisme gaya baru, kemarin, setelah dua wanita tersangka pelaku bom bunuh diri, menciptakan dua ledakan besar di kawasan stasiun kereta api di pusat kota Moskow yang menewaskan setidaknya 38 orang dan melukai 64 lainnya.

Pembantaian besar-besaran itu terjadi pada jam-jam sibuk di Stasiun Lubyanka, yang terhubung langsung ke markas besar dinas rahasia era Soviet, KGB, yang kini menjadi dinas rahasia Rusia (FSB). Satu ledakan lagi terjadi di Taman Kultury, dekat Kementrian Dalam Negeri.

Pemerintah menyebut aksi itu sebagai ulah kelompok militan muslim dari Kaukasus Utara, di mana baur-baru ini sejumlah pemimpin utama kaum separatis terbunuh oleh pasukan keamanan Rusia.

Pelaku pembom bunuh diri itu dinamai "Black Widows" atau "Janda-janda Hitam" (karena memang mengenakan pakaian serba hitam) yang adalah dua wanita yang kehilangan suami dan anggota keluarganya akibat aksi militer Rusia di Kaukasus Utara.

Presiden Medvedev bersumpah akan "memburu dan membinasakan" para perancang serangan.

"Mereka benar-benar binatang," kata Medvedev usai menaburkan bunga di ruang tunggu Stasiun Lubyanka.

Secara tidak langsung dia mengkritik pasukan keamanan karena gagal melindungi negerinya lebih rapat lagi.

"Jelas sudah, apa yang telah kita lakukan sebelum ini belum cukup," katanya mengekspresikan perasaan sama dengan sebagian besar orang yang terungkap dari talkshow radio dan percakapan sehari-hari.

Vladimir Putin, sang Perdana Menteri, memperpendek lawatannya ke Siberia dan bersumpah bahwa "teroris akan dihancurkan."

Para saksi mata membahas kepanikan dan kekacauan akibat bom yang diyakini disembunyikan dalam ikat pinggang berisi potongan-potongan logam dan paku itu meledak dengan perbedaan waktu 40 menit.

Valeri, penumpang metro (kereta dalam kota), berkata, "Saat itu saya hendak berganti kereta di Stasiun Lubyanka ketika saya lihat orang-orang berlarian dari arah berlawanan. Mereka semua ketakutan, wajah mereka bersimbah darah dan terbakar. Manakala saya tiba di peron Lubyanka saya lihat beberapa tubuh bergelimpangan di lantai dan hanya seorang petugas kesehatan yang menolong mereka. Tak semua orang menyadari ada ledakan di situ. Beberapa dari mereka mengira atap stasiun roboh."

Malam lalu, ada laporan yang menyatakan seorang pelaku di Taman Kultury usianya antara 18 dan 20 tahun, dengan wajah yang tidak sulit untuk dikenali. Pembom bunuh diri satunya lagi juga tidak sulit untuk dikenali. Mereka berdua berambut hitam dan mengenakan pakaian serba hitam.

Kaum militan Chechen pernah menggunakan perempun pembom di Moskow sebelumnya, pada Juli 2003, yang menewaskan 14 orang.

Serangan kemarin adalah yang terburuk yang terjadi di kota itu sejak tahun 2004 ketika pemboman stasiun kereta menewaskan 41 orang dan melukai 250 orang.

Polisi telah mengumpulkan gambar video dari kamera CCTV dan gambar-gambar lain di luar stasiun serta dari dalam salah satu lokasi ledakan.

Rekaman video ini memungkinkan para penyelidik bisa mengidentifikasi ciri-ciri pelaku, demikian seorang sumber keamanan kepada kantor berita Interfax, di samping pula identitas dua wanita lainnya yang mengantarkan mereka ke stasiun.

FSB juga sedang memburu seorang pria berjanggut tipis, mengenakan jaket biru berkemeja putih, topi baseball gelap dan pakaian sport putih.

Menurut sejumlah kesaksian, petugas keamanan menduga pelaku adalah kelompok yang naik dari Stasiun Yugo-Zapadnaya di barat daya Moscow.

Malam kemarin, ada ketakutan bahwa serangan lebih jauh berhubungan dengan libur paskah Kristen Ortodoks.

Ketika para pejabat FSB membicarakan "pembom bunuh diri" beberapa sumber mengatakan kedua wanita membawa bom tanpa disadarinya dan kemudian diledakkan dari jarak jauh melalui telepon genggam.

Para penyelidik sedang menganalisis lalu lintas sewaktu ledakan terjadi, pukul 7.56 pagi di Lubyanka dan 8.37 pagi di Taman Kultury.

Sebuah teori menyebutkan, para pembom sebenarnya hendak meledakkan dirinya di depan markas besar FSB dan gedung Kementrian Dalam Negeri, namun diurungkan.

Teka-teki lainnya adalah mengapa bom itu diledakkan di stasiun, bukan di terowongan.

Malam lalu muncul laporan bahwa ada serangan terhadap kaum perempuan Chechen atau warga Muslim di Moskow, sebagai aksi balas dendam akibat pemboman itu.

Sementara itu, Presiden Obama mengutuk serangan itu sebagai aksi pengecut, sedangkan PM Inggris Gordon Brown berkata pada Presiden Medvedev bahwa dia jijik melihat pembantaian itu. (*)

times-online/jafar


Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010