Hutan mangrove menjadi salah satu sumber penghidupan bagi masyarakat pesisir yang dalam masa pandemi ini merasakan dampak penurunan ekonomi yang paling signfikan
Singaraja (ANTARA) - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Alue Dohong, mengikuti penanaman mangrove dalam Program Padat Karya Penanaman Mangrove di Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali.
"Hutan mangrove menjadi salah satu sumber penghidupan bagi masyarakat pesisir yang dalam masa pandemi ini merasakan dampak penurunan ekonomi yang paling signfikan," kata Alue Dohong di sela-sela acara penanaman di Buleleng, Jumat.
Melalui Program Padat Karya Penanaman Mangrove ini, kata dia, diharapkan dapat menjadi stimulus perekonomian bagi masyarakat di sekitar ekosistem mangrove dan sekaligus mempercepat pemulihan ekonomi national.
"Melalui pemberian kesempatan untuk berusaha dan melakukan aktivitas yang dapat memperbaiki keadaan ekonomi masyarakat sekitar ekosistem mangrove," ungkapnya.
Wamen Alue menambahkan, Program Padat Karya Penanaman Mangrove di Provinsi Bali seluas 100 hektare dan diharapkan dapat menyerap 12.114 HOK (Hari Orang Kerja).
"Kalau untuk Bali semuanya dianggarkan Rp2,6 Miliar dengan 100 hektare itu. Diharapkan agar serapan HOK ini dapat memberikan stimulus bagi masyarakat pelaksana kegiatan program padat karya nutuk peningkatan daya beli," katanya.
Sementara itu, Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Unda Anyar, Titik Wurdiningsih, mengatakan lokasi PKPM dilaksanakan di 5 titik di Bali. Untuk wilayah Buleleng difokuskan di Desa Pejarakan serta di wilayah TNBB.
"Untuk di Pejarakan sendiri seluas 10 hektare dan di Taman Nasional Bali Barat selas 40 hektare yang tersebar di Pulau Kalong, Pulau Burung, Teluk Gilimanuk 1 dan 2, Teluk Asri dan Teluk Terima. Sementara tiga lainnya ada di Tuwed seluas 20 hektare, Budeng 10 hektare dan Tahura 20 hektare yang tersebar di empat lokasi yakni di Pamogan 1 dan 2, Jimbaran dan Sesetan," jelasnya.
Menurut Titik, kondisi mangrove yang tersebar di Bali tidak mengalami kerusakan terlalu parah. Namun begitu, kondisinya tetap harus dipulihkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem serta mengantisipasi terjadinya abrasi yang tinggi.
"Kerusakannya tidak begitu parah, tapi ini harus dijaga keberadaannya agar tidak berlanjut, karena keberadaan mangrove ini cukup penting," katanya.
Titik menambahkan, keberadaan mangrove di wilayah pantai ini tidak saja berfungsi sebagai penghalau abrasi, namun juga nantinya akan dirancang sebagai tempat edukasi serta wisata mangrove. "Mangrove ini hidupnya kan lama, jadi bisa dibuat taman edukasi, sekaligus tempat wisata," ujarnya.
Di Desa Pejarakan sendiri sudah ada taman edukasi mangrove dengan 12 jenis mangrove yang tumbuh diatas lahan seluas 30 hektare. Keberadaan hutan mangrove ini tidak saja dimanfaatkan sebagai tempat berlibur saja. Hutan ini juga diperuntukkan untuk Taman Edukasi bagi pelajar yang berkunjung ke Taman Edukasi Putri Menjangan (Kawasan Konservsi Hutan Mangrove).
Program Padat Karya Penanaman Mangrove di Teluk Terima ini melibatkan Kelompok Wana Segara desa Sumberklampok sebanyak 25 orang. Kelompok ini diberikan upah dengan sistem pembayaran langsung ke rekening pribadi. Diberikan sebesar Rp110 ribu per Hari Orang Kerja (HOK). Selain sebagai upaya percepatan pemulihan ekonomi nasional, sekaligus menjadi bagian dari corrective measure di era kabinet kerja 2019-2024.
Baca juga: Selaraskan kelestarian dan pemulihan ekonomi, KLHK inisiasi padat karya penanaman mangrove
Baca juga: Luhut mau lobi Eropa-UEA bantu program penanaman mangrove
Pewarta: Naufal Fikri Yusuf/Made Adnyana
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020