Indramayu (ANTARA News) - Angin kencang yang menyertai hujan deras sepanjang Minggu-Senin (28-29/3) mengakibatkan ratusan hektare tanaman padi di sejumlah kecamatan di Kab.Indramayu rebah.
Akibatnya, hamparan padi yang masa panen sekitar satu sampai dua minggu lagi itu terendam air.
Guna menghindari kerugian, petani terpaksa melakukan panen dini.
Berdasarkan pantauan, padi yang rebah tersebut terjadi di beberapa kecamatan, mencakup Kecamatan Terisi, Losarang, Cikedung, Lelea, Gantar, Haurgaeulis, Lohbener, dan Sindang.
Berbagai cara dilakukan petani untuk menghindari kerugian akibat rebah diantaranya dengan mengikat batang-batang padi hingga bisa tegak kembali. Namun upaya itu gagal lantaran dalam waktu yang tak lama, hamparan padi kembali tersapu angin kencang.
Diwan (47), petani asal Desa Tempel Wetan Kec.Lelea mengatakan, sejauh ini petani yang hamparan padinya rebah terpaksa memanen dini.
Kondisi itu, kata dia, mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit karena gabah hasil panen dini tidak maksimal dan harganya jauh dibawah harga pasaran.
Harga pasaran di tingkat petani berkisar Rp200 ribu per kwintal. Namun harga gabah hasil panen padi yang terkena rebah penurunannya bisa mencapai 50 persen dari kondisi normal.
"Sebab kalau tidak buru-buru dipanen, padi akan membusuk dan kerugian akan lebih besar lagi," katanya.
Kerugian yang sama dialami Khotimah (27), petani lain di Kecamatan Gantar. Hamparan padi yang sebenarnya akan dipanen sekitar seminggu lagi terpaksa di panen dini.
Hujan deras yang mengguyur Kab.Indramayu sepanjang Senin juga mengakibatkan meluapnya sejumlah sungai, diantara sungai yang debit airnya terus meningkat adalah Sungai Cipanas dan Sungai Cilalanang yang melintas di Kecamatan Terisi, Cikedung, dan Lelea. (Y003/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010