Malang (ANTARA News) - Spanduk dengan tulisan besar "KSN Yes, Intervensi No` terpampang di antara beberapa spanduk di seberang Stasiun Malang Kota Baru, ketika rombongan wartawan dari berbagai media tiba di kota yang lagi dirundung hujan itu Senin pagi.
Apa maksud frasa bersayap pada spanduk itu?
Kongres Sepakbola Nasional (KSN) boleh-boleh saja, tapi intervensi jangan coba-coba, begitu kira-kira maksud spanduk itu. Tapi kemana arah kata "intervensi" itu?
Tergantung dari sisi mana menafsirkannya. Tapi yang jelas, KSN mendapat dukungan besar dari berbagai unsur masyarakat, meskipun ada pula unsur yang mengecam, terlebih bila kongres itu diarahkan untuk memakzulkan Ketua Umum PSSI Nurdin Halid.
KSN 30-31 Maret 2010 itu membuat Kota Malang yang dalam beberapa hari ini mendung menjadi "panas", karena dari sisi fisik saja kelihatan amat bergelora, sebab acara itu dihadiri sekitar 500-600 peserta dan sekitar 5.000 petugas keamanan dari berbagai unsur.
"Kita seperti mau meliput olahraga multi-event aje nih," kata salah seorang wartawan. Mungkin ia terbayang dengan tingkah-polah berbagai wartawan dari berbagai media yang sedang berangkat meliput ke luar negeri dan berangkat secara bersamaan.
Di depan sembilan hotel penginapan perserta kongres yang ada di pusat kota Malang,-- Malang Regent`s Park, Hotel Trio Indah, Hotel Kartika Graha, Grahawita Santika, Graha Cakra, Tugu, Gajah Mada, Trio Indah II dan Hotel Pelangi 1,-- terpampang spanduk dengan berbagai kalimat menyangkut ucapan selamat datang kepada peserta kongres.
KSN yang akan dibuka resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Selasa pagi, memang sedang dalam pembicaraan hangat di berbagai media massa, kendati kalah "hangat" dengan kasus Bank Century dan Gayus Tambunan "Gate" yang menghilang entah ke mana dengan raibnya dana pajak sebesar Rp25 M.
Masalah sepak bola ini amat kecil bila dibanding dengan berbagai kasus sosio-politik yang belakangan ini melanda perhatian masyarakat dalam negeri. Tapi kisruh menyangkut "Si Kulit Bundar" ini sudah berada dalam tatanan negara. SBY meminta diadakan kongres sepak bola dan terbentuklah kepanitiaan kongres dari unsur Kementerian Olahraga dan Pemuda, KONI, PSSI, PWI dan masyarakat pemangku kepentingan sepak bola (pengamat, mantan pemain, pelatih, pejabat pemerintah, dll).
Sekitar 600-500 peserta kongres itu berasal dari kelima unsur itu dan Presiden SBY membukanya Selasa pagi sekaligus menyaksikan pertandingan sepak bola antara Arema Malang melawan Persitara, Selasa petang. SBY sebagai pencetus kongres serta datangnya ia ke Malang untuk membuka pertemuan itu, membuat event ini menjadi terasa amat khusus.
Bagi rekan media, hal ini juga menjadi terasa amat khusus. Beberapa di antaranya ke toko atau mal untuk membeli baju batik, karena peserta kongres itu diminta mengenakan batik.
Acara dengan tema ?Melalui Kongres Sepak Bola Nasional Kita Satukan Tekad Menuju Prestasi Dunia? itu, juga menjadi kancah reuni bagi rekan wartawan, karena terjadi pertemuan wartawan dan berbagai lapis generasi.
Generasi waratawan olahraga itu secara sederhana berurutan mulai dari generasi Eddi Elison, Zuhry Husin, Sumohadi Marsis, Sam Lantang, Atal Depari, Hendry C Bangun, Rudy Novrianto, Prayan Purba, Yesayes Octavianus, Suryopratomo, Raja Pane, Anton Sanjoto dan beberapa lainnya hingga generasi setingkat Suharto Olii serta beberapa generasi di bawahnya dengan wajah-wajah baru lainnya. Sekitar 80 wartawan sebagai peserta kongres dan sebagai peliput hadir dalam event itu. Wartawan dari berbagai daerah pun datang, termasuk dari Sumatera Utara.
Di antara tokoh olahraga lainnya, terdapat nama Agum Gumelar yang menjadi ketua umum kongres, ada pula Saifullah Yusuf, Prof Djohar Arifin Husin, Ivana Lie, Nugraha Besoes, Prof James Tangkudung, Edy Rumpoko; Nurdin Halid akan berbicara di pleno, juga Ketua KONI Rita Subowo dan Ketua PWI Margiono.
KSN ini menjadi amat menarik diikuti, karena melibatkan berbagai unsur dengan berbagai kepentingan, kendati niatnya tunggal, yaitu memperbaiki persepakbolaan nasional.
Tapi tidak dapat dipungkiri, dari tiap pribadi dan kelompok yang mengikuti acara ini ada yang disusupi kepentingan internal yang tentu saja akan bersinggungan dengan berbagai hal bersifat eksternal.
"KSN Yes, Intervensi No," menjadi frasa bersayap yang akhirnya dapat diterapkan kepada siapa saja yang mengikuti kongres. Sepak bola memang mengumpulkan orang dari berbagai kelas dan strata sosial. (A008/K004)
Pewarta: Oleh A.r. Loebis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010