Baca juga: Hasil reaktif, 58 napi di Lapas Perempuan diisolasi dalam sel khusus
Baca juga: 627 WBP di Lapas Kerobokan-Bali dinyatakan reaktif tes cepat COVID-19
Ia mengatakan bahwa stres menjadi salah satu penyebab utama, sehingga imun menjadi turun. Kondisi stres memicu lemahnya imunitas seseorang, sehingga memunculkan sakit kepala, mungkin rasa sakit di dada dan lain sebagainya.
Suprapto menjelaskan banyak gejala yang dirasakan oleh warga binaan, ketika mereka sering mengeluh sakit kepala dan sebagainya.
"Saya lihat penyebabnya ketika mereka memikirkan masalah mungkin lamanya pidana, kasusnya apa mereka sudah tahu dampak-dampak seperti itu. Misalnya, kasus PP 99 mereka sampai saat ini mendapatkan remisi. Sebelum PP 99 direvisi, persyaratan yang mempersulit mereka itu menjadi beban terus selama dia masih dipidana, karena setiap tahun tidak pernah mendapatkan remisi, ini penyebab utama sebenarnya," ucap Suprapto.
Baca juga: Satu lagi napi narkotika Lapas Kabupaten Jayapura reaktif COVID-19
Menurutnya, penyebab lain sehingga muncul jumlah reaktif yang cukup banyak ini karena asupan nutrisinya kurang. "Kalau diberikan buah-buahan, mereka ada yang suka, ada yang enggak. Karena nutrisi itu lebih banyak bersumber dari buah-buahan," katanya.
Suprapto mengatakan penyebab lainnya, yaitu terjadi dehidrasi atau biasanya kekurangan minum cairan di dalam tubuh, karena dibutuhkan cairan 60 persen dari seluruh tubuh, sebab tubuh membutuhkan cairan yang cukup banyak kalau mereka kurang minum jadi salah satu penyebab imun menjadi lemah.
Penyebab lain adalah kurang tidur dan kurang olahraga. Dominan warga binaan mengalami susah tidur. Ketika sudah kurang tidur pasti akan berdampak pada kesehatan, seperti tensi naik. Sehingga, setelah dilakukan tes cepat COVID-19 banyak ditemukan reaktif.
Baca juga: Puluhan napi di Rutan Pondok Bambu dan Lapas Gorontalo reaktif COVID
Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020