Jakarta (ANTARA News) - PT Bakrieland Development Tbk (Elty) membeli kembali sahamnya dengan harga Rp230 sampai Rp250 dengan volume 120.750.000 saham.
"Kami melakukan buyback karena harga saham Bakrieland saat ini sangat rendah (undervalue) dan sama sekali tidak mencerminkan nilai perusahaan yang sesungguhnya," kata Presiden Direktur PT Bakrieland Development Tbk, Hiramsyah S. Thaib saat dihubungi, Minggu.
Hiramsyah mengatakan, prospek perseroan sangat cerah dengan neraca keuangan yang sehat dapat dilihat nilai buku (book value) Bakrieland per 31 Desember 2009 Rp233 per lembar saham.
Kondisi ini dapat menjelaskan kondisi undervalue Bakrieland tersebut. Selain harganya yang murah, kebijakan pembelian saham kembali tersebut dilakukan Bakrieland sebagai antisipasi dalam upaya menggandeng mitra strategis, jelasnya.
Seperti diketahui, kondisi makro Indonesia yang semakin baik ke depan, serta adanya wacana perubahan kebijakan kepemilikan asing di sektor properti telah menarik minat investor/mitra strategis asing untuk berinvestasi di Indonesia dengan cara menggandeng mitra lokal yang kuat.
Berdasarkan sejumlah faktor itulah manajemen Bakrieland ke depannya berencana untuk melanjutkan program buyback saham tersebut.
Sepanjang 2009, Bakrieland berhasil meraup pendapatan sebesar Rp1,06 triliun, tumbuh sebesar 0,5 persen dibanding pendapatan 2008 sebesar Rp 1,05 triliun.
Menurut Hiramsyah S. Thaib, pendapatan pada 2009 didukung dari unit bisnis City Property dan Landed Residential yang masing-masing memberi kontribusi 44,2 persen dan 35,4 persen terhadap total pendapatan Bakrieland, sedangkan unit bisnis Hotel & Resort memberikan kontribusi pendapatan 20,4 persen.
Pendapatan dari unit bisnis City Property sebagian besar dari proyek perkantoran strata dengan kontribusi sebesar 43,7 persen. Sedangkan proyek apartemen memiliki kontribusi sebesar 23,6 persen.
Sementara itu, pendapatan dari unit bisnis Landed Residential, Bogor Nirwana Residence memberikan kontribusi terbesar yaitu 87,8 persen, diikuti oleh Ijen Nirwana Residence dan Batam Nirwana Residence dengan kontribusi masing-masing sebesar 7,6 dan 4,1 persen.
Menurut Hiramsyah, tahun lalu merupakan tahun yang penuh tantangan. Hal itu menurutnya tercermin dari suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang sempat berada di atas 15 persen yang berdampak pada turunnya daya beli masyarakat.
Pendapatan Bakrieland di atas Rp 1 triliun tahun 2009, sedangkan tahun 2010 diperkirakan meningkat 20 - 30 persen. Hal ini didukung dengan rata-rata suku bunga KPR tahun ini yang lebih rendah dari rata-rata suku bunga KPR 2009 serta terdapatnya permintaan yang tertahan pada tahun lalu.
Selain itu telah beroperasinya jalan tol Kanci Pejagan sejak bulan Januari kemarin juga akan memperkuat pendapatan Bakrieland, paparnya.
Rampungnya proyek pembangunan ruas Tol Kanci-pejagan juga telah menambah total aset perseroan sebesar 39,1 persen, menjadi Rp11,6 triliun dibanding jumlah aset 2008 sebesar Rp8,3 triliun.
Total aset tersebut akan terus meningkat lagi, sebab sejumlah proyek properti perseroan lainnya juga akan beroperasi pada tahun ini, diantaranya, Epicentrum Walk (pusat gaya hidup) yang telah beroperasi Jumat kemarin (26/3), peresmian Bakrie Tower pada Mei, Pullman Bali Legian Nirwana pada Juni, Sentra Timur Residence pada Juli, menambah rangkaian proyek-proyek perseroan yang akan selesai sepanjang 2010.
Berbagai proyek properti dan jalan tol tersebut otomatis akan mendongkrak pendapatan perseroan secara berkelanjutan (recurring income), dengan kontribusi diperkirakan mencapai 30 persen terhadap total pendapatan perseroan.
Ke depan, angka ini akan cenderung meningkat seiring dengan rencana Bakrieland untuk terus meningkatkan proyek yang memiliki pendapatan berkelanjutan.
Meskipun posisi utang (leverage) pada tahun 2009 meningkat dalam upaya memperbesar return kepada pemegang saham, Bakrieland tetap memiliki neraca yang solid, tercermin dari rasio kewajiban dengan beban bunga (interest bearing liabilities) terhadap ekuitas atau DER pada akhir tahun 2009 sebesar 66 persen.
Posisi leverage ini akan semakin rendah bila menggunakan rasio net gearing sebagai acuan yaitu sebesar 48,4 persen.
Kuatnya fundamental ELTY juga bisa dilihat dari lebihnya permintaan investor terhadap equity linked bond (ELB) yang diterbitkan perseroan pada Maret tahun ini.
Seperti diketahui, convertible bond yang awalnya ditawarkan 150 juta dolar AS ditingkatkan menjadi 155 juta dolar AS.
Sebagian besar dari dana ELB yang diterima akan dipergunakan untuk percepatan pengembangan proyek yang mana dapat berujung pada peningkatan kinerja penjualan.
Pengeluaran ELB ini tidak serta merta meningkatkan posisi leverage dari Bakrieland mengingat secara umum, pembeli ELB (ELB holders) cenderung melakukan konversi atas ELB yang dimiliki yang mana bahkan dapat memperkuat posisi ekuitas perusahaan sekaligus memperkecil posisi leverage perseroan. (G001/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010