Sanaa (ANTARA News/Reuters) - Pemberontak Syiah Yaman menembak matiorang yang dituduh sebagai kaki-tangan pemerintah, kata kementeriandalam negeri, Minggu, dan insiden itu merupakan tanda pertama kekerasansejak gencatan senjata mengakhiri pemberontakan di wilayah utara.
Menurut kementerian itu, sejumlah pemberontak menembaki dua orang didaerah Saada, tempat berlangsungnya sebagian besar kekerasan. Satuorang tewas, dan satu lagi berada dalam keadaan kritis.
"Pemberontak Houthi menyerang dua orang muda sebagai pembalasan karenamereka bekerja sama dengan pemerintah selama perang dengan pemberontakHouthi di provinsi Saada," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataandi situs beritanya.
Seorang anggota komite pengawas gencatan senjata mengatakan, ia tidakmemperkirakan akan terjadi perluasan kekerasan setelah penembakan itu.
Pemberontak utara dan pemerintah telah menyetujui gencatan senjatauntuk mengakhiri perang di kawasan tersebut. Sejumlah gencatan senjatasebelumnya tidak berhasil ditegakkan.
Gencatan senjata yang mulai berlaku Jumat (12/2) itu merupakan upayaterakhir pemerintah untuk mengakhiri pemberontakan di wilayah utarayang telah menewaskan ribuan orang dan mengakibatkan 250.000 orangmengungsi.
Kelompok pemberontak Zaidi atau Houthi, nama almarhum pemimpin mereka,berpangkalan di daerah pegunungan di perbatasan Arab Saudi, dimanamereka terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Yaman dan Saudi.
Pasukan pemerintah terlibat dalam pertempuran sporadis dengan kelompok Syiah itu sejak 2004.
Kekerasan di Yaman bagian selatan juga meningkat dalam beberapa waktuterakhir ini ketika separatis yang memprotes pemerintah Presiden AliAbdullah Saleh bentrok dengan pasukan keamanan yang menewaskan tigapolisi dan lima pemrotes.
Ketegangan meningkat di Yaman selatan setelah seorang pemrotes tewasditembak polisi pada 13 Februari. Insiden itu menyulut kerusuhan dimanaseparatis membakar pertokoan milik orang utara dan berusaha memblokadesebuah jalan utama.
Pihak berwenang melakukan operasi keamanan dan menangkap sekitar 180 orang di provinsi-provinsi selatan.
Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidakmendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama denganpengkhianatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk RepublikYaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjaditempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utaramenggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam danmendiskriminasi mereka.
Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara ituakan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untukmemperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnyamenjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.
Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAPmenyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang ASpada Hari Natal.
AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka wargaNigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepadaorang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.
Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiahdi wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan danserangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan ArabSaudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.
Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.
Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana seranganbunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman padapertengahan Desember.
Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelahutara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkansasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asingdan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang disitus 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.
Selain pemberontakan, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010