Kedua komisioner KPU Surabaya tersebut adalah Edward Dewaruci dan Eko Waluyo Suwardoyo. Teror itu muncul terkait proses verifikasi berkas pencalonan para bakal cawali dan cawawali yang mengarah adanya salah satu bakal calon yang tidak lolos atau tidak memenuhi syarat.
"Ada beberapa orang yang mendatangi rumah saya. Mereka mengingatkan untuk tidak macam-macam dengan salah satu pasangan bakal calon," kata Edward di Surabaya, Minggu.
Sebetulnya, lanjut dia, teror tersebut merupakan risiko dari pekerjaannya, namun yang disesalkan urusan seperti itu seharusnya tidak harus masuk ke wilayah pribadi dan menyeret keluarga yang tidak ada kaitannya dengan ini.
Hal yang sama juga dialami Eko Waluyo. Ia mengaku telah menerima ancaman lewat layanan pesan singkat atau SMS yang dikirim dari nomor 083896576956 pada Sabtu (27/3) pukul 09.41 WIB.
Dalam SMS tersebut, pelakunya mengaku pendukung pasangan Cawali-Cawawali Surabaya jalur independen, Alisjahbana-Chrisman Hadi.
"Pengirim mengancam memutilasi saya dan dua orang teman. Saya tidak tahu siapa yang dimaksud itu," ujarnya.
Eko mengaku hanya mendiamkan saja ancaman itu. Apalagi, sampai saat ini tidak ada apa-apa. "Hal seperti itu saya anggap biasa saja dan tidak perlu dipermasalahkan. Tetapi, saya menyesalkan tindakan itu karena mencederai demokrasi," ujarnya.
Sementara itu, bakal Cawawali Surabaya Chrisman Hadi menyatakan, tidak tahu menahu soal ancaman itu. Namun, pihaknya tidak menampik sebagian pendukungnnya marah karena merasa dipermainkan KPU.
"Terakhir kemarin (Sabtu, 27/3) ada yang pamit mau mengeksekusi Eko. Saya tenangkan karena itu kontraproduktif," ujarnya.
Menurut dia, kemarahan pendukungnya karena merasa dipersulit menyerahkan berkas dukungan Ali-Chrisman. Bahkan, KPU pernah menyatakan dukungan pasangan itu hanya nol.
(T.A052/P004/P003)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010