"Saat ini dari 211 UTD baru 12 saja yang mempunyai standar baik seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, dan Solo, sementara sisanya masih standar minimal dan di bawah minimal," katanya kepada wartawan di Bandara Ngurah Rai Bali, Sabtu petang.
Ia menjelaskan, kalau dibuat skor maka ada yang bernilai 3 dan ada yang bernilai 9, namun tidak semua UTD akan ditingkatkan menjadi skor 9 karena disesuaikan dengan tingkat kebutuhan daerah masing-masing.
"Yang terpenting adalam sistem logistik yang berjalan baik, jadi satu UTD pembina bisa bersinergi dengan sejumlah UTD lain di sekitarnya. Ini karena biaya untuk mengoperasikan UTD bertandar baik sangat mahal," katanya.
UPTD berstandar baik antara lain mempunyai laboratorium dengan peralatan yang memadai seperti uji darah dengan metode elisa, alat fraksinasi plasma darah (pemecah komponen darah) dan tempat penyimpanan darah yang memadai.
Ia menjelaskan, ke depan akan dilakukan sinergi antarunit transfusi di dalam propinsi dan antarunit transfusi berkatagori pembina di Indonesia.
Menurut Kalla, kondisi UTD sangat tergantung pada kepedulian Pemda setempat dan kreatifitas pengurus PMI di daerah sehingga ia akan terus meminta perhatian Pemda untuk membantu fasilitas yang diperlukan UTD.
Selain dua faktor itu, ada pula faktor lain yang menentukan yaitu SDM untuk pengelolaan UTD karena biasanya UTD di daerah yang mempunyai Fakultas Kedokteran mempunyai SDM yang lebih baik, katanya.
Pada kunjungan ke Bali, Kalla yang didampingi sejumlah pengurus teras PB PMI mengunjungi UTD Badung, UTD Denpasar dan UTD Pembina Bali.
Ia memuji sistem logistik terpadu yang diterapkan UTD Pembina Bali yang mampu bersinergi dengan UTD di delapan kabupaten dan satu kota.
Ketua UTD Pembina Bali Prof Dr Anak Agung Sudewo Jelantik menjelaskan, pihaknya membantu UTD lain yang belum mempunyai laboratorium lengkap sehingga uji darah dilakukan di UTD Pembina yang berada di Rumah Sakit Sanglah.
"UTD lain tinggal mengirim sample darah untuk uji dan hasilnya bisa secara cepat dikirimkan melalui faksimile," katanya.
(T.B013/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010