Makassar (ANTARA News) - Pedagang kaki lima dan pedagang yang memiliki lods di kawasan Asrama Haji Sudiang, lokasi Muktamar ke-32 Nahdlatul Ulama (NU), melakukan aksi banting harga menjelang penutupan muktamar.
"Daripada barang jualan kami bawa pulang, lebih baik banting harga saja," kata salah seorang penjual baju batik Pekalongan, Darmawan di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sabtu.
Menurut dia, apabila banyak barang yang tidak terjual, berarti harus menyiapkan biaya pengiriman lagi. Sehingga keputusan untuk memberikan potongan harga tidak tanggung-tanggung. Sebagai gambaran untuk baju batik wanita yang pada awal muktamar masih dijual seharga Rp70 ribu per lembar, maka menjelang penutupan muktamar, Sabtu (27/3) hanya dijual seharga Rp40 ribu per lembar.
Hal serupa juga dikemukakan Suhardi, penjual pernak-pernik berupa kalung magnet untuk kesehatan dan cincin dari bahan besi putih di emperan Masjid Quba, Asrama Haji Sudiang, Makassar.
"Kalung magnet ini kami banting harga Rp50 ribu saja, biasanya di luar dijual Rp150 ribu per buah. Sedang cincin besi putih cukup Rp10 ribu per buah dari harga Rp20 ribu," katanya.
Banting harga tidak hanya berlaku bagi penjual pernak-pernik ataupun pakaian jadi, salah seorang pelukis asal Cianjur, Bandung Cece Yahya juga membanting harga karya seninya.
Dia mengatakan, lukisan tanpa bingkai yang biasanya dijual seharga Rp70 ribu, kini dijual Rp50 ribu saja. Sementara lukisan yang menggunakan cat minyak dan pelicin dijual Rp100 ribu dari harga sebelumnya Rp150 ribu.
"Saya sengaja datang ke muktamar ini untuk menjual hasil karya saya. Dari 300 lebar yang saya bawa, hingga hari akhir muktamar sudah terjual 200 lembar. Kini sisanya, dijual murah saja agar tidak repot membawanya kembali," ujarnya.
(S036/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010