Dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu, Sujarwo yang juga praktisi UKM dan koperasi itumengatakan, kurikulum berbasis kompetensi akan dapat merangsang para siswa, dapat merangsang dan menumbuhkan jiwa entreprenur.
Dengan demikian, katanya, perguruan tinggi di Indonesia dituntut tidak hanya menitikberatkan materi pendidikan pada pengetahuan umum semata, tetapi juga pengetahuan teknologi tepat guna dan pendidikan kecakapan hidup untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja di dalam negeri.
Menurut mantan praktisi pers itu, jiwa entrepreneur saat ini mutlak dibutuhkan untuk mengembangkan sektor riil, karena mustahil generasi muda Indonesia hanya menggantungkan nasib hidupnya pada sektor formal saja.
Sujarwo mengatakan, untuk menciptakan generasi muda yang berwawasan kognitif serta memiliki kemampuan manajerial yang memadai, maka diperlukan generasi muda modul-modul pengajaran yang mampu merangsang intuisi wirausaha.
Salah satu metode yang paling efektif membentuk jiwa entrepreneur adalah membiasakan para peserta didik untuk membuat program atau melakukan praktikum, sehingga mereka bisa menghargai sebuah proses.
"Pengalaman membuat sebuah program itulah yang akan menjadikan mereka akan menjadi generasi yang mandiri dan mampu berwirausaha," katanya.
Penggagas buku "The God's initial Montirisme" termotivasi untuk menyosialisasikan filosofi montirisme yang salah satu inti filosofinya adalah cara efektif seseorang dalam "memanage" (mengatur) waktu serta "memaintennance" (memanfaatkan) potensi yang dimiliki.
Dengan memahami filosofi montirisme setiap orang akan memiliki standar opersional prosedur (SOP) dalam diri masing-masing, sehingga mereka mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan persoalannya secara mandiri, tanpa menimbulkan persoalan baru di kemudian hari.(Ant/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010