"Tahun ini didominasi oleh rumah-rumah tapak, ruko atau rukan di mana untuk jenis-jenis properti tersebut permintaan atau demand-nya masih ada," ujar Ketua Arebi Lukas Bong dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu.
Kendati demikian, menurut Lukas, properti-properti tersebut harus dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian konsumen dan booming di pasar properti.
Selain itu Ketua Arebi tersebut juga menilai pada tahun ini para pengembang enggan atau kurang berminat untuk meluncurkan proyek-proyek properti bersifat high rise.
"Kalau kita bicara tahun 2020 ini sangat jarang sekali para pengembang atau developer meluncurkan proyek hunian vertikal atau high rise," kata Lukas Bong.
Padahal, lanjut Lukas, proyek-proyek hunian vertikal atau apartemen hampir mendominasi proyek dan pasar properti di tahun 2019.
Sayangnya pada tahun Covid-19 ini, para pengembang kurang berminat atau dalam kondisi "tiarap" untuk meluncurkan proyek hunian vertikal akibat Covid-19.
Sebelumnya tren pencarian atau deman konsumen terhadap rumah dengan harga di bawah Rp300 juta masih mendominasi pada kuartal ketiga tahun ini.
Data Analyst 99 Group Rayhanali Heiko Amier menyebut persentase konsumen yang melakukan pencarian terhadap properti pada harga di bawah Rp300 juta sekitar 38,1 persen, sedangkan pencarian untuk segmentasi harga Rp500 juta sampai dengan Rp1 miliar sekitar 16 persen.
Sebagian besar pencarian properti terjadi di daerah Tangerang, dengan Sawangan,dan Alam Sutera merupakan area yang memiliki kenaikan deman tertinggi yaitu mencapai 80.83 persen. Sebelumnya, dua wilayah ini tak masuk dalam top 5 area pencarian pada kuartal II/2020.
Dari masa ke masa, rumah masih jadi tipe properti utama yang paling dicari masyarakat. Tim Analis 99 Group menemukan bahwa setelah rumah, tanah merupakan tipe properti top deman pada kuartal III/2020 dengan persentase 6.21 persen, diikuti apartemen 4,29 persen, ruko 2,99 persen, dan sisanya gudang, area komersial, serta kantor.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020