Jakarta (ANTARA News) - Capres Sutiyoso berpendapat, kealpaan bangsa Indonesia memelihara budaya luhur warisan nenek moyangnya bisa berdampak pada terancamnya kesatuan dan keutuhan wilayah nusantara.

"Pertahankan, lestarikan dan jangan pernah mengganggu situs-situs peninggalan zaman Majapahit. Ini justru yang memiliki nilai jual karena orang asing itu ingin melihat kelestarian tempat ini," ujar Sutiyoso dalam siaran persnya yang diterima ANTARA News di Jakarta, Minggu.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyatakan, jika ingin menjadi bangsa yang besar, masyarakat Indonesia harus mampu melestarikan kebudayaan dan peninggalan masa lalu yang diwarisi oleh nenek moyangnya.

Sutiyoso yang tengah menggelar perjalanan safari politik di Jawa Timur itu merasa gusar dengan kondisi bangsa yang terpuruk dalam berbagai dimensi, termasuk hilangnya kebanggaanakan budaya dan semangat persatuan nenek moyang yang telah berhasil menyatukan wilayah nusantara sehingga menjadi NKRI.

Menurut dia, kealpaan bangsa ini memelihara budaya luhur, yang menentukan merah hitamnya sejarah Indonesia, merupakan akibat dari lunturnya bangsa ini menghargai nilai-nilai budaya nenek moyangnya yang terkenal sebagai bangsa besar.

Di Desa Bejijong, Trowulan, Jatim, Sutiyoso sekaligus pula menutup safari politiknya berkeliling kota di seluruh Indonesia. Gerakan safari politik Bang Yos itu diawali dari Biak, dan berlanjut ke kota-kota lainnya seperti Palembang, Medan, Banten, hingga Kalimantan, Jawa Tengah, dan kini Jawa Timur.

Gerakan Safari Moral Indonesia Pantang Menyerah itu dimaksudkan Sutiyoso sebagai upayanya mendengar dan menyerap langsung realita kehidupan rakyat Indonesia.

"Di tempat-tempat bersejarah seperti ini, yang menjadi awal bentuk Negara RI harus dipertahankan dan dilestarikan," katanya dan menambahkan, "Di sini perjalanan safari saya ditutup. Ini tempat bersejarah".(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009