Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum DPP Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Suryo B Sulisto mengatakan pemberlakuan perdagangan bebas di kawasan ASEAN dan China (ACFTA) bukan sebagai ancaman tetapi menjadi peluang pengusaha, pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan.

Suryo mengemukakan hal itu disela-sela Seminar "Kesiapan Pengusaha dan Perbankan dalam Menghadapi ACFTA" di Jakarta, Kamis, yang juga menghadirkan sejumlah pembicara seperti Wakil Ketua Komisi VI DPR Aria Bima dan Pjs Ketua Umum Kadin Indonesia Indra Putra Taher.

Menurut kandidat calon ketum Kadin itu, peluang dalam ACFTA harus disikapi dengan meningkatkan daya saing dimulai kualitas SDM di segala bidang usaha, sehingga menghasilkan kualitas produk yang dapat bersaing dengan negara lain.

Pemerintah juga diharapkan menyediakan infrastruktur yang mememadai, seperti jalan, pelabuhan, listrik, gas serta pemberian regulasi berupa peraturan yang menjadikan iklim investasi dan dunia usaha bisa berkembang pesat.

Selain itu, pemerintah memberlakukan pajak yang besarannya sesuai negara di ASEAN, sehingga dapat menarik investasi, dunia usaha, dan tumbuhnya industri manufaktur yang mampu membuka lapangan pekerjaan baru.

Suryo yang pernah menjabat dubes keliling urusan ekonomi Indonesia untuk AS (1998-2000) itu, mengharapkan kalangan perbankan dapat menurun suku bunga kredit yang saat ini di ats 16 persen menjadi kurang 10 persen, agar sektor riil dan dunia usaha Indonesia tumbuh guna mengurangi pengangguran.

Sementara itu, Adi Putra Taher menyatakan senada bahwa ACFTA akan menjadi peluang Indonesia, dengan syarat ada keharmonisan antara pemerintah dan pelaku usaha, secara bersama untuk menyusun langkah-langah menghadapi perdagangan bebas.

Anggota Komisi VI DPR dari Partai Golkar itu memberikan contoh, negeri China di ACFTA bukan ancaman, tetapi mereka berkeinginan menjadi mitra dan memberikan kesempatan negara-negara Asia berkembang ekonominya, terbukti banyak pengusaha China yang akan menanamkan modalnya ke Indonesia.

Adi mengharapkan, angggota Kadin Indonesia yang berasal dari sejumlah asosiasi memberikan masukan dalam kerjasama dengan China yang nantinya dapat dibicarakan saat PM China berkunjung ke Indonesia, April 2010.

Dia menambahkan, China tertarik untuk berinvestasi di Indonesia untuk bidang produk turunan dari kelapa sawit, kakao, karet dan sektor kelautan sehingga pabriknya dapat dibuat di Indonesia yang banyak menampoung tenaga kerja, sedang hasilnya untuk diekspor.

Adi menegaskan, produk dalam negeri untuk ekspor hanya sekitar 24 persen, sehingga sudah saatnya dunia usaha dan pemerintah untuk lebih memprioritas pendirian indutrsi kebutuhan dalam negeri untuk memenuhi 76 persennya.(Ant/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010